Kembali

Profil Ayat

Nama Surat : Ar-Rum
Nomor Ayat : 54
Nomor Surat : 30
Tema :
Kimia Manusia Penciptaan Manusia Biologi
Jumlah Pengunjung : 70

Detail Ayat

Ayat
﴿ ۞ اَللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْۢ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْۢ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَّشَيْبَةً ۗيَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُۚ وَهُوَ الْعَلِيْمُ الْقَدِيْرُ ٥٤ ﴾
Terjemahan Kemenag 2019

Allah adalah Zat yang menciptakanmu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan(-mu) kuat setelah keadaan lemah. Lalu, Dia menjadikan(-mu) lemah (kembali) setelah keadaan kuat dan beruban.595) Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.

 

595) Kata lemah yang pertama berarti masa ketika masih berupa nutfah. Kata lemah yang kedua berarti masa kanak-kanak. Adapun kata kuat berarti masa muda.

Tafsir Sains

Isyarat saintifik pada ayat tersebut:

Pertama, dalam firman-Nya: "Allah yang menciptakanmu dari keadaan lemah."

Allah menciptakan embrio manusia dari pembuahan satu sperma yang dipilih dari ratusan juta sperma pada pria, dan satu sel telur yang dipilih dari miliaran sel telur pada wanita. Proses ini menjadikan setiap manusia sebagai makhluk yang unik, dengan ciri-ciri khusus yang sudah tertulis dalam ilmu Allah.

 

Secara ilmiah, diketahui bahwa janin hanya dapat hidup di luar rahim setelah bulan keenam kehamilan. Oleh karena itu, Allah berfirman:

"Kami wasiatkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandung sampai menyapihnya itu selama tiga puluh bulan."

(Al-Ahqaf: 15)

 

Allah juga berfirman:

"Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan."

(Al-Baqarah: 233)

 

Pada bayi yang baru lahir, sebagian besar tulangnya masih lunak, sehingga rentan terhadap patah atau berubah bentuk jika tidak ditangani dengan hati-hati. Seiring waktu, tulang-tulang ini mengalami pengerasan (kalsifikasi) secara bertahap, menjadi lebih kuat, dan gigi pertama biasanya muncul pada gusi bawah di sekitar usia tujuh bulan. Setelah bayi melewati tahun pertamanya, jumlah giginya biasanya bertambah menjadi sekitar enam.

Bayi dilahirkan dengan otot-otot yang lengkap, namun ukurannya relatif kecil dibandingkan dengan ukuran tubuhnya. Indera yang pertama kali aktif adalah pendengaran, diikuti oleh penglihatan, sentuhan, dan kemampuan untuk menggenggam sesuatu, meskipun indera pengecap sedikit tertunda. Korteks serebral mulai aktif secara bertahap, dan setelah delapan minggu, bayi mampu merasakan lingkungannya, mengenali suara-suara dengan nada berbeda, dan membedakan berbagai bau. Kemampuan-kemampuan ini terus berkembang secara bertahap. Pada bulan keenam, indera penglihatan bayi menjadi lengkap, dan kemampuannya untuk mengeluarkan suara serta bereaksi terhadap lingkungan meningkat.

 

Pada bulan ketujuh, bayi mulai lebih aktif secara fisik. Antara tahun pertama dan kedua (12 hingga 18 bulan), bayi mulai bergerak lebih bebas, mencoba berjalan, serta mulai memahami arti beberapa kata. Pada bulan ke-16, bayi biasanya sudah bisa berdiri dan berjalan sendiri. Setelah mencapai usia dua tahun, anak mulai berbicara dengan kalimat-kalimat pendek yang dapat dimengerti, dan proses penyapihan biasanya selesai.

 

Seiring pertumbuhannya, anak mulai mempersepsikan lingkungannya dengan lebih baik, memperoleh pengetahuan, dan mempelajari bahasa. Ia juga mulai mengembangkan daya ingat, kemampuan berekspresi, berpikir, dan menyimpulkan. Pada tahap ini, keinginan dan motif mulai berkembang, diikuti oleh perkembangan nilai-nilai moral hingga ia memasuki masa remaja, yang biasanya dimulai sekitar usia 13 tahun pada anak laki-laki dan 8 hingga 11 tahun pada anak perempuan. Masa remaja ini berlangsung hingga sekitar usia 20 tahun, ketika tulang telah sepenuhnya tumbuh dan menguat, otot-otot berkembang, serta struktur tubuh mencapai bentuk dan kekuatannya yang matang.

 

Di tahap ini, persepsi dan konsep anak juga berkembang, mempersiapkannya untuk memasuki masa dewasa dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang dirinya dan lingkungannya.


Kedua, firman Allah: …. kemudian Dia menjadikan(-mu) kuat setelah keadaan lemah.

 

Masa remaja ditandai dengan pertumbuhan fisik yang pesat. Tinggi dan berat badan meningkat secara signifikan, seiring dengan bertambahnya ukuran otot pada pria dan peningkatan ketebalan lapisan lemak pada wanita. Pertumbuhan fisik ini disertai dengan pubertas, peningkatan sekresi hormon, serta kekuatan fisik yang mencapai puncaknya. Namun, masa remaja juga sering diwarnai dengan kepekaan emosional yang tinggi.

Pada masa ini, rasa malu, kecenderungan untuk mengasingkan diri, dan takut akan kritik dari orang lain sering kali muncul. Selain itu, remaja mulai mengembangkan kemampuan khusus untuk mencapai kemandirian intelektual dan membentuk jati diri. Hal ini berlangsung seiring dengan perkembangan mental, emosional, serta munculnya keinginan akan cinta, penerimaan, dan kekaguman dari orang lain.

Masa remaja dianggap sebagai fase peralihan dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan. Kemampuan fisik, mental, dan emosional remaja meningkat secara bertahap hingga mencapai puncaknya pada usia sekitar 25 tahun. Setelah itu, momentum tersebut berlanjut hingga usia 45 tahun, yang dianggap sebagai puncak kedewasaan penuh. Pada titik ini, tubuh mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan, seiring dengan memasuki fase paruh baya dan akhirnya usia tua.

 

Al-Qur’an menyebut tahap kedewasaan ini sebagai masa pencapaian kesempurnaan, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:

"Sehingga, apabila dia telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun, dia berkata, 'Wahai Tuhanku, berilah petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dapat beramal saleh yang Engkau ridai, dan berikanlah kesalehan kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada-Mu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.'"

(QS. Al-Ahqaf: 15)

 

Al-Qur’an juga menggambarkan peralihan dari tahap janin, bayi, anak-anak yang lemah, hingga menuju masa remaja dan dewasa yang ditandai dengan kekuatan dan vitalitas. Allah berfirman:

"Allah adalah Zat yang menciptakanmu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikanmu kuat setelah keadaan lemah."

(QS. Al-Rum: 54)

 

Kekuatan tersebut menjadi bukti akan kebesaran Allah, Sang Pencipta, yang dengan ilmu, kebijaksanaan, dan kekuasaan-Nya, memberikan serta mengatur segalanya sesuai kehendak-Nya.
 

Ketiga: Dalam firman-Nya: "Kemudian Dia menjadikanmu lemah (kembali) dan beruban setelah keadaan kuat."

 

Setelah seseorang mencapai puncak perkembangan fisiknya di masa dewasa, yakni antara usia 25 hingga 45 tahun, pertumbuhan fisik berhenti. Kemampuan fisik mulai menurun secara bertahap hingga usia 65 tahun, kemudian penurunan tersebut berlangsung lebih tajam hingga akhir hayat. Fase ini disebut masa penuaan, yaitu kemunduran bertahap pada struktur tubuh, mencakup seluruh sel dan jaringan.

 

Organ dan sistem tubuh juga mengalami penurunan efisiensi, sehingga kemampuan menjalankan fungsinya seperti pada masa remaja dan dewasa semakin berkurang. Kemunduran ini dikenal sebagai fenomena penghancuran diri terprogram (fenoptosis) yang tertanam dalam kode genetik sel. Cacat pada tingkat sel mulai terakumulasi, yang kemudian tercermin pada jaringan, organ, dan sistem tubuh, serta muncul dalam bentuk-bentuk yang berbeda, seperti perubahan pada komposisi asam nukleat (tempat kode genetik ditulis), munculnya uban, kulit keriput, dan melemahnya indra.

 

Setiap perubahan kecil pada komposisi asam nukleat dapat menyebabkan sel kehilangan fungsinya, sehingga efektivitasnya menurun dan gejala penuaan muncul. Salah satu faktor penyebabnya adalah banyaknya radikal bebas dalam tubuh. Meskipun penuaan bukanlah kondisi patologis, jika disertai dengan berbagai penyakit, penuaan tersebut dapat berubah menjadi patologis (kepikunan). Ilmu yang mempelajari proses ini dikenal sebagai Gerontologi, sementara spesialisasi medis yang terkait disebut Geriatri.

Gejala penuaan tidak dapat dihentikan atau dihilangkan karena gejala tersebut terjadi akibat menurunnya kemampuan sel untuk membelah seiring bertambahnya usia. Ditemukan bahwa terdapat dua penutup di ujung setiap kromosom yang membawa gen, dan panjang penutup tersebut berkurang setiap kali sel membelah. Ketika panjangnya mencapai batas tertentu, proses pembelahan sel berhenti hingga sel mati. Fase ini disebut penuaan sel. Salah satu manifestasi penuaan adalah sebagai berikut:

 

1. Rambut Beruban 

   Rambut beruban terjadi karena hilangnya pigmen pewarna yang ada di sel melanosit, yang terletak jauh di dalam folikel rambut. Jumlah sel pewarna ini berkurang sekitar satu kali per tahun, dan aktivitasnya menurun akibat penurunan sekresi hormon seiring bertambahnya usia. Akibatnya, rambut secara bertahap kehilangan warnanya dan berubah menjadi putih.

 

2. Melemahnya Sistem Kekebalan Tubuh 

   Seiring bertambahnya usia, sistem kekebalan tubuh manusia secara bertahap melemah, dan kemampuan melawan penyakit pun menurun. Salah satu gejala paling berbahaya dari melemahnya sistem kekebalan adalah ketidakmampuan tubuh membedakan antara sel sehat dan sel asing, yang menyebabkan sel-sel tubuh justru diserang oleh sistem kekebalan itu sendiri. Hal ini dapat menyebabkan serangkaian penyakit imunodefisiensi, yang mengakibatkan kelemahan pada berbagai sel, jaringan, dan fungsi tubuh seiring bertambahnya usia.

Kelemahan ini terus terakumulasi di seluruh sistem tubuh seiring berjalannya waktu. Allah berfirman: "Kemudian Dia menjadikanmu lemah (kembali) dan beruban setelah keadaan kuat. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa."

 

Al-Qur’an membedakan antara kelemahan perkembangan dan kemunduran dengan kelemahan awal, yaitu kelemahan yang terkait dengan penciptaan, pertumbuhan, dan pembentukan. Kelemahan terakhir ini dihubungkan dengan munculnya uban. Meskipun fenomena ini merupakan bagian dari pengalaman manusia, Al-Qur'an menggambarkannya dengan akurasi ilmiah dan tatanan logis yang rasional. Ini menjadi bukti keagungan kitab Allah yang abadi, dan menjadi saksi atas kebenaran Nabi terakhir yang menerima nubuatan dan risalah-Nya.

 

Referensi

Zaghlūl al-Najjār, Tafsīr al-Āyāt al-Kawniyyah fī al-Qur’ān al-Karīm, Cet. 1 (Kairo: Maktabatu al-Syurūq al-Dauliyyah, 2007), Vol. 2, 471-478.