Kembali

Profil Ayat

Nama Surat : Al-Hadid
Nomor Ayat : 25
Nomor Surat : 57
Tema :
Besi Bumi Matahari Kimia Mineralogi
Jumlah Pengunjung : 43

Detail Ayat

Ayat
﴿ لَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنٰتِ وَاَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتٰبَ وَالْمِيْزَانَ لِيَقُوْمَ النَّاسُ بِالْقِسْطِۚ وَاَنْزَلْنَا الْحَدِيْدَ فِيْهِ بَأْسٌ شَدِيْدٌ وَّمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللّٰهُ مَنْ يَّنْصُرُهٗ وَرُسُلَهٗ بِالْغَيْبِۗ اِنَّ اللّٰهَ قَوِيٌّ عَزِيْزٌ ࣖ ٢٥ ﴾
Terjemahan Kemenag 2019

Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang nyata dan Kami menurunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat berlaku adil. Kami menurunkan besi yang mempunyai kekuatan hebat dan berbagai manfaat bagi manusia agar Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya walaupun (Allah) tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.

Tafsir Sains

Ayat mulia yang kita bahas menegaskan bahwa besi diturunkan sebagaimana wahyu diturunkan. Bedanya, besi diberi keistimewaan dengan kekuatannya yang luar biasa serta banyaknya manfaat bagi manusia, yang saat itu belum sepenuhnya dipahami oleh pengetahuan manusia. Pemahaman ini baru terealisasi pada akhir tahun 1950-an.

 

 

Di sini muncul beberapa pertanyaan: Bagaimana cara menurunkan besi? Bagaimana perbandingan antara turunnya wahyu dengan turunnya besi? Apa yang luar biasa dari besi itu, dan apa manfaatnya bagi manusia?

 

 

Hingga akhir tahun 1950-an, tidak ada ilmuwan yang dapat membayangkan bahwa sejumlah besar besi telah dibawa ke bumi dari luar angkasa.

 

Bagaimana mungkin besi bisa turun? Bagaimana ia dapat menembus litosfer bumi dalam jumlah yang begitu besar? Bagaimana ia bisa terus bergerak ke dalam hingga mencapai inti bumi? Bagaimana inti padat dan inti cair bumi terbentuk menjadi bola besar yang terdiri dari besi dan nikel, dikelilingi oleh mantel cair dengan komposisi serupa? Dan bagaimana persentase itu diperhitungkan sehingga semakin mengecil seiring dengan padatnya kerak bumi?

 

 

Para penafsir menafsirkan firman Allah: "Dan Kami menurunkan besi..." sebagai penciptaan, penghargaan, dan penaklukan. Sejak perintah Allah diterima dari langit ke bumi, segala sesuatu turun sesuai ketetapan-Nya. Penafsiran ini benar, namun pada akhir abad ke-20, para astronom dan astrofisikawan menemukan bahwa besi tidak terbentuk secara alami di alam semesta kecuali pada tahap tertentu dalam siklus kehidupan bintang. Tahap ini terjadi pada bintang yang disebut "Raksasa Merah" dan "Raksasa Super", yang setelah intinya berubah sepenuhnya menjadi besi, meledak dalam bentuk supernova. Ledakan ini menyebarkan komponen-komponennya, termasuk besi, ke seluruh alam semesta.

 

 

Besi tersebut, atas kehendak Allah, kemudian masuk ke dalam medan gravitasi benda langit yang membutuhkannya, seperti bumi purba kita. Besi kosmik itu jatuh ke inti bumi karena densitasnya yang tinggi dan kecepatannya yang besar, meleleh dengan panas yang stabil, dan membantu membentuk bumi menjadi tujuh lapisan. Hal ini membuktikan bahwa besi tidak berasal dari tanah bumi, melainkan dari luar angkasa. Dengan demikian, besi yang ada di bumi bahkan di galaksi kita seluruhnya telah benar-benar diturunkan.

 

 

Oleh karena itu, diyakini bahwa besi yang ada di bumi, yang menyusun 35,9% dari massa bumi, berasal dari sejumlah bintang supernova, seperti "Raksasa Merah" dan "Raksasa Super," yang meledak dalam bentuk supernova. Sisa-sisa dari ledakan tersebut tersebar di seluruh alam semesta dan kemudian jatuh ke bumi dalam bentuk hujan meteorit besi. Hal ini membuktikan secara ilmiah bahwa besi di bumi diturunkan dari langit, dan besi di seluruh tata surya kita juga berasal dari langit. Fakta ini baru dipahami oleh para ilmuwan pada akhir tahun 1950-an.

 

 

Namun, jauh sebelumnya, pada abad ke-7, hal ini telah disebutkan dalam Surat Al-Hadid. Tidak ada orang yang dapat membayangkan bahwa kebenaran ilmiah ini telah disampaikan dalam Al-Qur'an, yang diwahyukan lebih dari 14 abad yang lalu kepada seorang Nabi yang buta huruf (semoga Allah memberkatinya dan memberinya kedamaian) di sebuah bangsa yang mayoritasnya juga buta huruf. Sang Pencipta menurunkan Al-Qur'an dengan ilmu-Nya dan memasukkan di dalamnya kebenaran-kebenaran universal sebagai bukti hingga hari kiamat bahwa Al-Qur'an adalah firman Allah, Sang Pencipta, dan bahwa junjungan kita, Nabi Muhammad (SAW), tidak berbicara berdasarkan hawa nafsunya.

 

Sebagaimana Allah berfirman dalam Surat An-Najm (53:3-5):

 

"Dan tidaklah dia (Muhammad) berbicara atas dasar hawa nafsunya. Itu tidak lain hanyalah wahyu yang disampaikan kepadanya. Yang diajarkan kepadanya oleh (malaikat) yang sangat kuat (Jibril)."

 

 

 

Besi merupakan salah satu unsur logam yang dikenal sejak zaman dahulu, bersama dengan logam seperti emas, perak, tembaga, timbal, timah, dan merkuri. Besi adalah unsur yang paling banyak tersebar di bumi, mencakup sekitar 35,9% dari massa bumi. Ia umumnya ditemukan dalam bentuk senyawa seperti oksida, karbonat, sulfida, sulfat, dan silikat. Besi murni hanya ditemukan pada meteorit besi dan di bagian dalam bumi.

 

 

Besi dikenal sebagai logam yang sangat kuat dan merupakan salah satu unsur paling stabil. Hal ini disebabkan oleh kuatnya kohesi antara komponen-komponen inti atomnya, yang terdiri dari 26 proton, 30 neutron, dan 26 elektron. Dengan jumlah energi kohesi tertinggi di antara semua unsur lainnya, besi membutuhkan energi yang sangat besar untuk dipecahkan atau untuk menambahnya.

 

 

Besi dan berbagai paduannya memiliki keunggulan dibandingkan unsur dan paduan lainnya karena sifat kemagnetannya yang sangat tinggi, fleksibilitas, kemampuan ditempa, keuletan, serta kemudahan dibentuk. Besi juga tahan terhadap panas dan erosi cuaca. Besi mendidih pada suhu 3.023 derajat Celsius di bawah tekanan atmosfer normal di permukaan laut. Massa jenis besi adalah 7,874 gram per sentimeter kubik pada suhu nol mutlak.

 

Besi memiliki banyak manfaat, salah satu yang paling penting adalah perannya dalam menjadikan bumi layak untuk dihuni, sesuai dengan ketetapan Allah. Besi menjadi landasan dasar kehidupan yang diciptakan oleh Allah Yang Mahakuasa. Inti padat dan inti cair bumi berperan penting dalam menghasilkan medan magnet bumi. Medan magnet ini menjaga atmosfer bumi, yang terdiri dari gas, air, dan elemen biotik, serta melindungi bumi dari sinar dan partikel kosmik, radiasi berbahaya matahari, dan jutaan ton meteorit. Medan magnet bumi ini juga membantu berbagai proses penting di bumi, seperti siklus air, oksigen, dan karbon dioksida. Semua ini menjadikan bumi sebagai planet yang layak huni.

Zat besi merupakan elemen penting untuk membangun sel-sel hidup pada tumbuhan, hewan, dan manusia. Senyawa besi berperan dalam pembentukan klorofil pada tumbuhan, yang merupakan komponen utama kloroplas, serta diperlukan dalam proses fotosintesis. Fotosintesis ini penting untuk pertumbuhan tanaman dan produksi jaringan seperti daun, bunga, biji, dan buah. Melalui tanaman inilah zat besi masuk ke dalam jaringan dan darah manusia serta hewan. Fotosintesis adalah satu-satunya cara untuk mengubah energi matahari menjadi energi kimia yang disimpan dalam tubuh semua makhluk hidup, menjadi sumber energi selama kehidupan mereka.

 

 

Tubuh organisme ini kemudian diurai dan diubah menjadi berbagai bentuk energi lain (seperti jerami, kayu bakar, arang, batubara, minyak, dan gas alam). Besi juga merupakan bagian dari protein inti sel hidup yang membawa kode genetik (kromosom). Selain itu, besi terdapat dalam berbagai cairan tubuh dan menjadi komponen penting hemoglobin, zat utama dalam sel darah merah yang berperan penting dalam proses pembakaran internal jaringan dan metabolisme vitalnya. Besi ditemukan dalam organ seperti hati, limpa, ginjal, otot, dan sumsum merah.

 

 

Kekurangan zat besi dapat menyebabkan berbagai penyakit, seperti anemia. Di sisi lain, besi juga menjadi tulang punggung industri sipil dan militer, serta menjadi elemen tak tergantikan dalam industri logam.

Referensi

Zaghlūl al-Najjār, Tafsīr al-Āyāt al-Kawniyyah fī al-Qur’ān al-Karīm, Cet. 1 (Kairo: Maktabatu al-Syurūq al-Dauliyyah, 2007), Vol. 4, 139-145.