Profil Ayat
Nama Surat : Fussilat |
Nomor Ayat : 11-12 |
Nomor Surat : 41 |
Tema : |
Agroklimatologi Bumi Langit Kosmologi |
Jumlah Pengunjung : 92 |
Detail Ayat
Ayat |
﴿ ثُمَّ اسْتَوٰىٓ اِلَى السَّمَاۤءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْاَرْضِ ائْتِيَا طَوْعًا اَوْ كَرْهًاۗ قَالَتَآ اَتَيْنَا طَاۤىِٕعِيْنَ ١١ فَقَضٰىهُنَّ سَبْعَ سَمٰوَاتٍ فِيْ يَوْمَيْنِ وَاَوْحٰى فِيْ كُلِّ سَمَاۤءٍ اَمْرَهَا ۗوَزَيَّنَّا السَّمَاۤءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيْحَۖ وَحِفْظًا ۗذٰلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِ ١٢ ﴾ |
Terjemahan Kemenag 2019 |
Dia kemudian menuju ke langit dan (langit) itu masih berupa asap. Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi, “Tunduklah kepada-Ku dengan patuh atau terpaksa.” Keduanya menjawab, “Kami tunduk dengan patuh.” Lalu, Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan pada setiap langit Dia mewahyukan urusan masing-masing. Kemudian langit yang paling dekat (dengan bumi), Kami hiasi dengan bintang-bintang sebagai penjagaan (dari setan).669) Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
669) Kebiasaan setan adalah mengintip dan mencuri dengar pembicaraan para malaikat tentang apa yang akan terjadi di bumi. |
Tafsir Sains |
Kata “Dukhān” pada QS. Fussilat ayat 11 dalam astronomi di kenal sebagai nebula atau awan molekul raksasa, tempat pembentukan bintang-bintang. Komposisi terbesar dari materi yang merupakan bahan utamanya adalah hidrogen. Penciptaan tujuh langit itu terjadi dalam dua masa. Allah memberikan informasi yang demikian, sebagaimana yang disebutkan dalam Surah Fussilat /41: 12. Ayat ini menerangkan bahwa Allah menyempurnakan kejadian langit dengan menjadikannya tujuh lapis dalam dua masa. Masa yang dimaksud adalah dua periode yang rentang waktunya sangat panjang. Pada awalnya, Allah menciptakan langit pertama, dan kemudian disempurnakan menjadi tujuh langit yang berlapis-lapis. Kata yaumaini pada ayat merupakan bentuk dual atau mutsannā (yang menunjukkan dua) dari kata yaum, yang artinya hari, masa, atau periode. Secara harfiah dan yang biasa digunakan, kata ini berarti ‘hari’. Namun dalam ayat-ayat lain diungkapkan bahwa yaum memiliki rentangan waktu 1.000 tahun (al-Hajj/22: 47), atau 50.000 tahun (al-Ma‘ārij/70: 4). Karena itu, banyak ulama bersepakat bahwa makna kata yaum beragam, sesuai konteks ayat atau kalimatnya. Bila menunjuk waktu dalam satu minggu, bulan, atau tahun, maka yang dimaksud adalah hari seperti yang biasa dipahami. Tetapi bila menunjuk pada proses penciptaan langit atau bumi, maka yang dimaksud adalah periode yang rentang waktunya sangat lama. Selanjutnya dijelaskan bahwa setiap langit memiliki fungsi dan keadaan yang berbeda. Masing-masing langit mempunyai kegunaan yang berbeda untuk kepentingan makhluk yang ada di bawahnya, misalnya: langit yang berfungsi memperkuat gaya tarik planetplanet, sehinga benda-benda tetap bergerak pada orbitnya, tidak oleng, atau menyimpang yang mungkin bisa menyebabkan tabrakan antara satu dengan lainnya Langit yang terdekat dengan bumi, dihiasi dengan bintang-bintang yang gemerlapan. Ada bintang yang bercahaya sendiri, dan ada pula yang hanya memantulkan cahaya sinar matahari atau bintang lainnya. Karena itu, cahayanya terlihat berbeda antara bintang yang satu dengan lainnya. Dan ketidaksamaan cahaya ini menimbulkan keindahan yang tiada taranya. Semua ini merupakan ciptaan Allah Yang Mahakuasa, dan tunduk pada ketetapanNya. Tidak ada satu pun yang menyimpang dari ketentuan yang telah digariskan. Inilah kekuasaan Dia Yang Mahakuasa. Meski planet tidak memiliki cahaya, bukan berarti planet itu tidak akan terlihat. Mereka juga dapat memancarkan cahaya yang berasal dari pantulan cahaya matahari yang diterimanya. Dari sini dapat dipahami bahwa mașābīĥ atau pelita-pelita yang menghiasi langit, yang disebutkan dalam Fușșilat/41: 12, bukan hanya bintang-bintang, tetapi juga planetplanet yang memantulkan cahaya matahari yang diterimanya. Kenyataan seperti yang dijelaskan di atas menggambarkan bahwa pelita-pelita itu terdiri dari dua macam. Bila bintang-bintang saja sudah sedemikian banyak, apalagi kalau ditambah dengan planet-planet yang jumlahnya juga sangat banyak dan tersebar di langit, di alam semesta. Fenomena ini, pada sisi lain, menjelaskan betapa luasnya alam semesta yang terbentang di angkasa. Eksistensi bintang-bintang dan planet-planet itu tentu saja merefleksikan betapa luasnya alam semesta ciptaan Allah. Hal ini mem-buktikan betapa Allah yang menciptakan semua itu adalah Tuhan Yang Mahakuasa. |
Referensi |
Tim Penyusun, Manfaat Benda-Benda Langit Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Kemenag RI, 2012), 158. Tim Penyusun, Penciptaan Jagat Raya Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Kemenag RI, 2010), 7-8. |