Kembali

Profil Ayat

Nama Surat : Al-Qiyamah
Nomor Ayat : 4
Nomor Surat : 75
Tema :
Manusia Sidik Jari
Jumlah Pengunjung : 26

Detail Ayat

Ayat
﴿ بَلٰى قٰدِرِيْنَ عَلٰٓى اَنْ نُّسَوِّيَ بَنَانَهٗ ٤ ﴾
Terjemahan Kemenag 2019

Tentu, (bahkan) Kami mampu menyusun (kembali) jari-jemarinya dengan sempurna.

Tafsir Sains

Salah satu makna dari taswiyyah adalah menyempurnakan sesuatu sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai kesempurnaan dalam penciptaan. Ini adalah makna yang dimaksudkan dalam ayat mulia yang sedang kita bahas. Sang Pencipta yang Agung menyempurnakan penciptaan manusia hingga mencapai kesempurnaan yang diperlukan, dan Dia memberikan sidik jari kepada setiap manusia sebagai tanda keunikan. Sidik jari adalah pola spesifik yang terdiri dari garis menonjol dan cekung pada kulit jari tangan dan kaki. Pola ini juga terdapat di telapak tangan, telapak kaki, dan dahi manusia.

 

Garis-garis ini memiliki bentuk yang berbeda-beda pada setiap individu, dan tidak ada dua individu yang memiliki sidik jari yang sama, bahkan di antara kembar identik sekalipun.

 

Sudah diketahui secara pasti bahwa ukuran sidik jari seseorang bertambah seiring dengan pertumbuhan tubuhnya. Namun, sidik jari tersebut tetap mempertahankan bentuk, pola, dan detail khasnya sepanjang hidupnya. Hal ini menjadikannya sebagai bukti konklusif tentang identitas seseorang dan ciri yang tetap dari dirinya. Meskipun dua sidik jari dari dua individu berbeda mungkin memiliki bentuk yang serupa, detailnya tidak akan pernah benar-benar identik.

 

Bentuk geometris sidik jari, baik yang ada di jari tangan, jari kaki, telapak tangan, telapak kaki, maupun di dahi, merupakan jenis tulisan unik yang hanya diketahui oleh Allah (Yang Maha Kuasa) dan malaikat yang menulisnya. Allah, Sang Pencipta, telah membedakan setiap individu hamba-Nya dengan tulisan ini di dahi, sehingga membuat setiap orang menjadi unik dan berbeda dari yang lain. Dalam hal ini, seorang saudara laki-laki berbeda dari saudara laki-lakinya, seorang anak laki-laki berbeda dari ayahnya, dan seorang anak perempuan berbeda dari ibu serta saudara perempuannya, meskipun ada ikatan kekerabatan, darah, dan beberapa ciri genetik yang sama.

 

Terbukti secara ilmiah bahwa sidik jari adalah ciri individu yang unik dan tidak diwariskan, serta tidak dipengaruhi oleh faktor keturunan. Oleh karena itu, sidik jari memiliki peran penting dalam bidang verifikasi identitas dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi berbagai ciri kepribadian, seperti jenis kelamin (laki-laki atau perempuan), usia, status kesehatan, ukuran (yang sebanding dengan ukuran tubuh), pekerjaan, dan lain-lain.

 

Sidik jari juga meninggalkan jejak di setiap benda yang disentuhnya, baik pada permukaan yang kasar maupun halus. Dari sini, dimungkinkan untuk memanfaatkan sidik jari dalam melacak berbagai hal, termasuk penjahat, serta mengetahui detail kejadian kejahatan.

 

Dari tinjauan ini, nilai keberadaan sidik jari dalam kehidupan manusia menjadi jelas. Hal ini dikarenakan sidik jari meningkatkan kondisi di mana seseorang dapat menunjukkan apa yang ingin ia bangun, yaitu dengan merasakan melalui saraf dan sensorik yang ada di dalamnya.

 

Jari-jemari memiliki jejak yang dianggap sebagai segel ilahi yang diciptakan oleh Sang Pencipta, Maha Suci Dia. Jejak ini merupakan tanda kolektif yang membedakan manusia dari makhluk lain. Selain itu, jejak ini juga menjadi ciri individu bagi setiap manusia yang secara tepat mendefinisikan kepribadiannya dan membedakannya dari individu lain sebagai entitas tersendiri, melampaui batas warisan, garis keturunan, dan ras.

 

Hal ini berlangsung sepanjang hidup manusia, dan ayat mulia yang sedang kita pertimbangkan menekankan pemulihan jejak setiap individu pada kebangkitan orang mati. Ini menyoroti kuasa kreatif ilahi dalam penciptaan dan kebangkitan. Selain itu, ayat ini menunjukkan keakuratan jari-jemari dan pentingnya hal ini dalam kehidupan manusia—suatu kepentingan yang tidak disadari oleh ilmu pengetahuan sampai awal abad kedua puluh (1901 M) ketika penjajah Inggris mulai menggunakan sidik jari untuk melacak beberapa pelaku kejahatan di India. Sejak saat itu, sidik jari menjadi salah satu cara terpenting untuk mendiagnosis struktur manusia di seluruh dunia.

 

Al-Qur'an telah mendahului semua pengetahuan yang diperoleh selama tiga belas abad dengan mengacu pada perataan individu pada masa hidup dan pada hari kebangkitan. Hal ini menegaskan bahwa Al-Qur’an tidak mungkin merupakan ciptaan manusia, melainkan firman Tuhan Sang Pencipta yang diturunkan dengan ilmu-Nya kepada para nabi dan rasul-Nya.

Referensi

Zaghlūl al-Najjār, Tafsīr al-Āyāt al-Kawniyyah fī al-Qur’ān al-Karīm, Cet. 1 (Kairo: Maktabatu al-Syurūq al-Dauliyyah, 2007), Vol. 4, 234-237.