Kembali

Profil Ayat

Nama Surat : Al-Furqan
Nomor Ayat : 53
Nomor Surat : 25
Tema :
Air Laut Geografi
Jumlah Pengunjung : 135

Detail Ayat

Ayat
﴿ ۞ وَهُوَ الَّذِيْ مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هٰذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَّهٰذَا مِلْحٌ اُجَاجٌۚ وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًا وَّحِجْرًا مَّحْجُوْرًا ﴾
Terjemahan Kemenag 2019

Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar serta segar dan yang lain sangat asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang tidak tembus.

Tafsir Sains

Kata “marj” menandakan datang dan pergi, keragu-raguan, percampuran, dan gejolak. Kata laut bisa berarti laut yang asin atau sungai yang tawar. Oleh karena itu teks tersebut menunjukkan pertemuan dua lautan atau laut dan sungai, di mana satu meluap ke yang lain dan bercampur. Namun, ini tidak mengarah pada perpaduan sempurna dan tidak mengubah sifat-sifat keduanya, seolah-olah ada penghalang yang muncul di antara keduanya.

Lautan beriak, bergejolak, dan bertabrakan tanpa sifat-sifatnya bercampur satu sama lain, seolah-olah ada penghalang yang menghalangi perpaduan tersebut. Dalam kitab Ṣafwatu al-Tafāsīr dinyatakan: " Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar serta segar dan yang lain sangat asin lagi pahit." Maksudnya, Dia menurunkan kedua laut itu secara berdampingan, berdekatan, tetapi tidak bercampur. Allah menciptakan penghalang di antara mereka dengan kekuasaan-Nya, sehingga satu sama lain tidak saling mempengaruhi.

Sejak zaman kuno, manusia telah menyaksikan aliran sungai ke laut dan memperhatikan bahwa air sungai secara bertahap kehilangan warna dan rasa khasnya seiring alirannya menuju laut. Dari pengamatan ini, manusia memahami bahwa sungai bercampur perlahan dengan air laut, jika tidak, sungai tersebut akan menjadi laut yang segar dan semakin meluas hingga membanjiri lautan. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan upaya untuk mengungkap rahasia alam semesta, manusia mulai mencari tahu bagaimana laut dan sungai bertemu. Mereka mempelajari sampel air di tempat pertemuan sungai dan laut, mengukur salinitas dan kesegarannya dengan perangkat yang tepat, serta mengukur suhu, kepadatan, dan mengklasifikasikan organisme hidup di dalamnya.

Setelah menyurvei banyak wilayah pertemuan sungai dan laut, beberapa rahasia yang selama ini tersembunyi menjadi jelas. Para peneliti menemukan bahwa air terbagi menjadi tiga jenis:

1. Air sungai yang sangat manis.

2. Air laut yang sangat asin.

3. Air di daerah hilir yang merupakan campuran salinitas dan kesegaran, yang juga merupakan daerah pemisah antara sungai dan laut. Pergerakan air di antara keduanya dipengaruhi oleh laut dan pulau-pulaunya, serta banjir dan kekeringan sungai yang semakin dekat ke laut.

Seolah-olah terdapat tanah genting air yang mengelilingi kawasan hilir dan melestarikan kawasan ini dengan ciri khasnya, meskipun sungai mengalir ke laut dari tempat tinggi dalam bentuk air terjun. Tidak ada kontak langsung antara air sungai dan air laut di daerah hilir meskipun terjadi pergerakan pasang surut. Tanah genting yang mengelilingi daerah hilir selalu memisahkannya, namun air sungai bercampur dengan air laut secara perlahan melalui daerah pemisah perairan muara.

Ketiga massa air (air sungai, air laut, dan air muara) berbeda dalam salinitas dan kesegarannya. Para peneliti yang mengklasifikasikan organisme hidup di dalamnya menemukan bahwa:

1. Kebanyakan organisme yang hidup di laut, sungai, atau muara tidak dapat hidup di tempat lain selain lingkungannya dan mati jika meninggalkannya. Namun, beberapa spesies, seperti salmon dan belut, dapat hidup di ketiga lingkungan tersebut dengan kemampuan beradaptasi.

2. Dengan mengelompokkan ketiga lingkungan tersebut menurut organisme yang hidup di dalamnya, kawasan hilir dianggap sebagai zona karantina bagi sebagian besar organisme yang hidup di dalamnya. Organisme tersebut hanya dapat hidup di lingkungan perairan yang salinitas dan kesegarannya sebanding dengan derajat tekanan osmotik mereka, dan mereka mati jika keluar dari wilayah yang semestinya, yaitu wilayah hilir.

Daerah hilir merupakan daerah terbatas bagi sebagian besar organisme yang hidup di sungai atau laut karena perbedaan tekanan osmotik. Dengan menjaga kesegaran air sungai yang cocok untuk kehidupan semua makhluk, Allah melindungi daerah hilir meskipun terjadi pergerakan pasang surut. Satelit masa kini memberikan gambaran yang jelas tentang batas-batas ketiga massa air ini, yang semakin jelas dengan perbedaan suhu air dan bahan yang dibawanya. Meskipun air tawar bercampur dengan air laut, ada batasan fase dalam zona pencampuran terbatas, yang memberikan batasan pada apa yang masuk atau keluar.

Allah menciptakan sistem air yang menakjubkan ini untuk melindungi sifat-sifat air yang berbeda agar tetap menjadi rahmat bagi umat manusia. Hal ini sepenuhnya berlaku pada sistem hilir. Al-Qur'an menggambarkan pertemuan antara tiga massa air dengan deskripsi yang akurat: laut yang jernih, sangat asin, laut yang segar, sangat manis, dan daerah hilir yang merupakan campuran rasa manis dan salinitas serta organisme yang hidup di dalamnya.

Lihatlah betapa para pemikir besar menjadi bingung selama beberapa abad setelah turunnya Al-Qur’an dalam memahami seluk-beluk dan rahasia-rahasianya, dan bagaimana ilmu pengetahuan bisa menjelaskan rahasia-rahasia itu. Benarlah Allah yang berfirman: "Segala puji bagi Allah, Dia akan menunjukkan kepadamu tanda-tanda-Nya, sehingga kamu dapat mengenalinya, dan Tuhanmu tidak lalai terhadap apa yang kamu kerjakan."

﴿ وَقُلِ الْحَمْدُ لِلّٰهِ سَيُرِيْكُمْ اٰيٰتِهٖ فَتَعْرِفُوْنَهَاۗ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ ࣖ ﴾

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Segala puji bagi Allah. Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kebesaran)-Nya sehingga kamu akan mengetahuinya. Tuhanmu tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.”

 (An-Naml/27:93)

Siapa yang memberi tahu Nabi yang ummiy (buta huruf) di tengah bangsa yang ummiy (buta huruf) di lingkungan gurun yang tidak ada sungainya? Siapa yang memberi tahu rahasia terperinci yang berkaitan dengan komposisi massa air yang berbeda: “segar lagi tawar”, “asin lagi pahit”, dan “Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang tidak tembus”?!

Referensi
Abdullāh bin ‘Abd al-‘Azīz al-Muṣlih, al-I‘jāz al-‘Ilmī fī al-Qur’ān wa al-Sunnah, (Mekah: al-Hay’ah al-Ālamiyyah lī al-I‘jāz al-‘Ilmī fī al-Qur’ān wa al-Sunnah - Rābiṭatu al-Ālam al-Islāmī, 2014), 181-184.

Referensi Lengkap