Profil Ayat
Nama Surat : Luqman |
Nomor Ayat : 19 |
Nomor Surat : 31 |
Tema : |
Fisika Hewan Kesehatan Sistem Indera Manusia Kesehatan Sistem Otak dan Saraf Komunikasi Manusia |
Jumlah Pengunjung : 49 |
Detail Ayat
Ayat |
﴿ وَاقْصِدْ فِيْ مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَۗ اِنَّ اَنْكَرَ الْاَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيْرِ ࣖ ١٩ ﴾ |
Terjemahan Kemenag 2019 |
Berlakulah wajar dalam berjalan600) dan lembutkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. 600) Ketika berjalan, janganlah terlampau cepat dan jangan pula terlalu lambat. |
Tafsir Sains |
Ayat mulia yang sedang kita bahas ini menyampaikan pesan Luqman al-Hakim kepada putranya saat ia menasihatinya: "Berlakulah wajar dalam berjalan dan lembutkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai." (QS. Luqman: 19)
Maknanya adalah agar seseorang bersikap moderat dalam berjalan—tidak terlalu lambat atau terlalu cepat, karena hal itu memancarkan ketenangan dan kekhusyukan, tidak seperti kesombongan, keangkuhan, dan kekaguman pada diri sendiri.
Ayat ini juga mengandung larangan yang jelas terhadap meninggikan suara tanpa alasan yang penting. Penelitian terbaru mengungkap bahwa kebisingan adalah salah satu bentuk pencemaran lingkungan, yang berpengaruh besar terhadap keseimbangan fisik dan psikologis makhluk hidup, bahkan benda mati. Kebisingan yang tinggi menyebabkan gangguan nyata pada aktivitas dan fungsi berbagai sistem dalam tubuh manusia, seperti peningkatan sekresi adrenalin yang memicu ketegangan saraf, kewaspadaan berlebih, serta rasa lelah yang ekstrem.
Tubuh manusia, seperti makhluk lainnya, merespon gelombang suara dan bentuk energi lain dalam tingkat yang berbeda. Ini mempengaruhi berbagai sistem tubuh, terutama sistem saraf pusat, peredaran darah, pendengaran, dan kelenjar sekresi. Suara menyebabkan perubahan tekanan udara, yang kemudian menyebar dalam bentuk gelombang osilasi dari sumber bunyi dengan kecepatan sekitar 330 meter per detik.
Nada suara tergantung pada jumlah getaran per detik yang memengaruhi lapisan udara, sementara intensitasnya bergantung pada amplitudo getaran tersebut. Gelombang suara yang terendah yang dapat didengar manusia adalah 20 hertz, dan yang tertinggi mencapai 15.000 hingga 20.000 hertz. Beberapa hewan, seperti kelelawar dan lumba-lumba, bahkan dapat mendengar frekuensi yang lebih tinggi, mencapai 100 kilohertz.
Gelombang suara tidak bergerak dalam ruang hampa; mereka memerlukan media seperti udara, air, atau benda padat untuk merambat. Di udara, gelombang suara bergerak dengan kecepatan sekitar 1.200 kilometer per jam di permukaan laut. Kecepatannya bertambah di media yang lebih padat, seperti air dan benda padat.
Ketika gelombang suara bertabrakan dengan permukaan yang besar dan padat, sebagian dari gelombang tersebut akan memantul kembali, menyebabkan gema. Di ruangan tertutup, gelombang suara seringkali dipantulkan berulang kali, memperkuat gema yang terjadi.
Untuk mengukur intensitas suara, digunakan satuan bernama "bel," yang diambil dari nama penemu telepon, Graham Bell. Karena satuan ini cukup besar, biasanya digunakan versi desimalnya, yaitu "desibel." Tingkat kebisingan yang terlalu tinggi dapat merusak fungsi telinga, hidung, tenggorokan, dan bahkan menyebabkan penyakit serius seperti gangguan jantung dan pembuluh darah, tekanan darah tinggi, serta kerusakan fungsi otak akibat stres yang disebabkan oleh suara bising.
Telah dibuktikan bahwa intensitas suara ringkikan keledai dapat melebihi 100 desibel, yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Oleh karena itu, suara-suara hewan dengan nada tinggi, seperti keledai, anjing, dan domba, sebaiknya dijauhkan dari tempat tinggal manusia.
Firman Allah yang menyebutkan: "Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai" mengandung hikmah ilmiah yang baru ditemukan pada akhir abad ke-20. Pada masa turunnya Al-Qur'an, fakta ini belum diketahui, namun kini kita memahami betapa besar dampaknya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Fakta ini, yang tercantum dalam Al-Qur'an empat belas abad lalu, merupakan bukti keagungan wahyu yang diturunkan kepada seorang Nabi yang buta huruf di tengah masyarakat yang juga sebagian besar buta huruf. |
Referensi |
Zaghlūl al-Najjār, Tafsīr al-Āyāt al-Kawniyyah fī al-Qur’ān al-Karīm, Cet. 1 (Kairo: Maktabatu al-Syurūq al-Dauliyyah, 2007), Vol. 2, 497-500. |