Kembali

Profil Ayat

Nama Surat : Saba'
Nomor Ayat : 16
Nomor Surat : 34
Tema :
Bidara Tumbuhan Khamt/Syajr Miswak Pohon Asal/Atsl
Jumlah Pengunjung : 79

Detail Ayat

Ayat
﴿ ١٥ فَاَعْرَضُوْا فَاَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنٰهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ اُكُلٍ خَمْطٍ وَّاَثْلٍ وَّشَيْءٍ مِّنْ سِدْرٍ قَلِيْلٍ ١٦ ﴾
Terjemahan Kemenag 2019

Akan tetapi, mereka berpaling sehingga Kami datangkan kepada mereka banjir besar624) dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) berbuah pahit, pohon asal (sejenis cemara) dan sedikit pohon sidir (bidara).

 

624) Banjir besar akibat jebolnya bendungan Ma‘rib.  

Tafsir Sains

Pohon sidr atau sidrah disebutkan dua kali dalam Al-Qur'an. Pohon ini diasosiasikan dengan dua kelompok jenis tumbuhan, yaitu: (1) pohon Cedar dalam Bahasa Inggris, yang berasal dari marga Cedrus; dan (2) pohon Lote atau Hackbarry, yang berasal dari marga Celtis. Bidara adalah kata yang biasa dipakai untuk menerjemahkan sidr dalam Bahasa Indonesia. Dalam ayat Al Qur'an, pohon ini digambarkan tumbuh di dua tempat: dunia dan surga. Dalam Surah Saba' berikut ini sidr digambarkan sebagai pohon di bumi. Sedang pada surah lainnya (al-Wāqi‘ah/56: 27–33) digambarkan sebagai pohon di surga.

 

Pohon sidr dalam kisah kaum Saba' bisa dikaitkan dengan kelom pok jenis pohon Celtis yang tumbuh di gurun pasir. Jenis pohon Celtis mencapai 70 macam, dan tersebar luas di semua benua. Celtis mampu tumbuh di kawasan panas gurun pasir hingga di pegunungan di kawasan empat musim. Umumnya pohon Celtis berukuran sedang, antara 10-25 meter. Jenis-jenis tertentu dari pohon ini berdaptasi sempurna dengan kawasan kering, dan beberapa lainnya sangat cantik bila dijadikan tanaman hias di taman.

 

Dalam kaitannya dengan surga, pohon sidr digambarkan sebagai pohon yang sangat besar; akarnya berada di langit ke–6, sedangkan cabang-cabangnya di langit ke–7. Sebagian ulama menempatkan pohon sidr sebagai pohon yang berada di luar pengetahuan manusia; yang memisahkan dunia ini dari dunia lain. Mungkin, masyarakat menggambarkan hal yang demikian ini dengan pohon Cedrus libani.

 

Pohon sidr dari Libanon ini dalam bahasa Arab terkenal dengan sebutan Arz el-Rab atau Syajaratullāh. Pohon indah dan sangat mengesankan yang tumbuh di Jazirah Arab ini mungkin saja menjadi salah satu kandidat pohon besar terindah dalam kerajaan tumbuhan. Tinggi pohon ini mencapai 150 kaki, dengan diameter banir akar mencapai 8 kaki. Daun Cedrus libani berwarna hijau gelap dan tumbuh pada ranting dan cabang yang menyebar. Percabangan yang bertingkat dan daunnya yang berundak membuat pohon ini terkesan anggun dan berwibawa. Malah, jika dilihat dari jauh, bentuk pohon ini tampak mirip dengan piramida.

 

Kayu Cedrus libani berkualitas baik; berkilat, ringan, tahan lama, dan berbau harum. Dalam bebe rapa pustaka kuno disebutkan bahwa kuil Sulaiman dibangun dengan memanfaatkan kayu ini. Demikian juga banyak kuil-kuil pra Kristen. Pada masa Firaun terjadi penebangan pohon ini secara besar besaran di hutan Libanon untuk membangun istana dan kuil yang dapat bertahan sampai ratusan tahun. Sejak itulah jenis pohon ini menjadi langka.

Tidak diragukan lagi bahwa surat al-Wāqi‘ah/56: 27–33 ini berbicara mengenai surga. Pohon bidara yang dibicarakan dalam ayat ini tampaknya mengacu pada pohon anggun Cedrus Libani, bukan Celtis Ehrenbergiana yang berukuran kecil dan hidup di gurun pasir.

 

Sementara itu, Syajr miswak (Salvatora persica Salvadoraceae) memiliki beberapa nama lain dalam Bahasa Arab, yaitu khamț, syajr, ‘arāk, dan khardal. Pohon ini disebut satu kali dalam Al Qur'an, yakni dalam Surah Saba'/34: 16, bersama-sama dengan pohon sidr (Cedrus) dan ašl (Tamarix).

 

Salvatora Persica adalah pohon kecil atau semak dengan batang dan cabang-cabang yang tidak lurus, berlekuk-lekuk tidak teratur. Kulit batangnya tampak kering dan pecah-pecah, berwarna putih kotor, dan berbonggol-bonggol di beberapa tempat. Kulit luar akarnya yang pecah-pecah berwarna sama dengan tanah pasir tempatnya tumbuh. Apabila dirasakan, batang dan akarnya berbau agak harum dan sedikit menimbulkan rasa hangat.

Pohon ini telah digunakan sejak ratusan tahun lalu sebagai pembersih gigi. Rantingnya yang berserabut banyak telah direkomendasikan oleh WHO (World Health Organization) sebagai alat pembersih mulut. Penelitian menunjukkan bahwa tanaman ini mengandung beberapa bahan yang baik untuk kesehatan, seperti antiseptic, pembersih (detergent), pengharum (astringent), penghalang terurainya enzim (enzyme inhibator), dan fluoride.

 

Salvatora persica sangat populer di Jazirah Arab hingga anak Benua India sebagai pembersih gigi. Banyak kaum muslim, tidak terkecuali Rasulullah, menyikat giginya menggunakan ranting miswak. Nabi bersabda dalam sebuah hadis riwayat Ibnu Mājah, “Bersiwaklah, karena sesungguhnya bersiwak membersihkan mulut dan mendatangkan keridaan Allah.” Dalam hadis lainnya dijelaskan bagaimana Rasul setiap waktu membersihkan mulutnya dengan miswak, bahkan saat beliau terba ring menjelang wafatnya. Memang, miswak berkhasiat membuat gigi putih bercahaya, menguatkan dan menyehatkan gigi dan gusi, menjernihkan pikiran, dan menam bah daya ingat.

 

Sedangkan Pohon Ašl (Tamarix aphylla) yang dalam Bahasa Arab kadang disebut dengan Tarfa, Bigm, Fareq, Tarfa, Ubal, dan Gaz, adalah nama untuk beberapa jenis marga Tamarix yang termasuk suku Tamaricaceae. Salah satunya adalah Tamarix aphylla yang perawakannya berupa pohon kecil atau semak. Tumbuhan ini memiliki akar yang kuat dan menghujam sangat dalam, mencapai kedalaman 20 kaki.

 

Dalam Al-Qur'an, pohon ini dikaitkan dengan banjir bandang di negeri Kaum Saba' di Yaman pada 542 M. Banjir yang diakibatkan jebolnya Bendungan Ma'rib ini menghancurkan semua lahan perkebunan dan pertanian yang ada, terkecuali beberapa tumbuhan yang memiliki perakaran yang dalam, yaitu Ašl (Tamarix), Sidr (Cedrus), dan Khamț atau miswāk (Salvatora persica).

 

Pohon Ašl termasuk kelompok pohon yang tumbuh cepat, berpohon kecil, dengan tinggi mencapai 18 meter. Batang pohon ini berlekuk lekuk, berdiameter 60-80 centimeter, dan berbonggol-bonggol. Batang dan rantingnya tumbuh merunduk. Kulit batang dan rantingnya ber warna abu-abu kecoklatan atau coklat kemerahan; kasar, menebal, dan membentuk salur-salur dalam. Perakarannya melebar di permukaan tanah atau sedikit di bawah per mukaan tanah sampai sepanjang 34 meter. Sedangkan daunnya berwar na hijau kebiruan, berbentuk kecil dan melancip.

 

Pohon ini umumnya hidup di kawasan gumuk pasir, tepian sungai, gurun asin, rawa masin, dan pantai berpasir. Ia hidup alami dan tersebar luas dari Timur Tengah ke barat sampai Maroko dan Tunisia; ke selatan sampai Uganda dan Ethiopia; dan ke timur sampai India dan Srilanka. Dari wilayah-wilayah ini tumbuhan tersebut dibawa ke belahan dunia lain, dan saat ini bisa ditemukan dengan mudah di Kanada, Meksiko, Australia, dan Afrika Selatan. Pohon ini mampu hidup dengan baik pada ketinggian 0–1.200 meter.

 

Manusia banyak memanfaatkan bagian tumbuhan ini, terutama ranting lunak dan daunnya, untuk pakan ternak. Namun karena kandungan garamnya yang tinggi, ternak yang diberi pakan dari tumbuhan ini harus diberi banyak air minum. Sementara itu, madu yang dihasilkan dari bunga tamarix berwarna coklat tua dan beraroma segar seperti mint. Batang dan cabang Tamarix jamak digunakan sebagai kayu bakar, meski agak sulit untuk memulai perapiannya.

 

Ranting dan daun Tamarix sulit terbakar, mungkin karena kandungan garamnya yang tinggi. Kualitas kayunya cukup baik untuk dijadikan furnitur. Kandungan tannin pada bunga dan kulit pohonnya dapat digunakan untuk menyamak kulit. Beberapa kelompok Suku Tuareq di Niger memaniskan air dengan memasukkan ranting tamarik ke dalamnya. Tampaknya ada peran manna, getah manis yang dikan dung tanaman ini, dalam proses pemanisan tersebut.

Jenis-jenis Tamarix digunakan sebagai kontrol erosi; ia sangat baik untuk menstabilkan gumuk pasir karena tumbuh cepat dan mem punyai perakaran yang menyebar dan dalam. Serasah yang berupa ranting dan daun cepat terbentuk sehingga kapasitas sediaan air dapat segera dibentuk. Kandungan garam yang tinggi pada serasah ini menghalangi rumput dan tumbuhan lain hidup liar di sekitarnya.

 

Dari perspektif manajemen kebakaran hutan, kondisi ini sangat ideal karena minimnya bahan yang bisa dilalap api, dikombinasikan dengan sulitnya Tamarix terbakar, membuat potensi kebakaran sangat kecil. Dengan demikian, kemungkinan timbulnya kebakaran akibat percikan api dari kilat atau kesalahan manusia (puntung rokok, api unggun, dan sejenisnya) bisa diminimalisasi. 

Referensi

Tim Penyusun, Tumbuhan Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Kemenag RI, 2010), 89-100.