Profil Ayat
Nama Surat : Ar-Rum |
Nomor Ayat : 48 |
Nomor Surat : 30 |
Tema : |
Agroklimatologi Air Hujan Awan Angin |
Jumlah Pengunjung : 177 |
Detail Ayat
Ayat |
﴿ اَللّٰهُ الَّذِيْ يُرْسِلُ الرِّيٰحَ فَتُثِيْرُ سَحَابًا فَيَبْسُطُهٗ فِى السَّمَاۤءِ كَيْفَ يَشَاۤءُ وَيَجْعَلُهٗ كِسَفًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلٰلِهٖۚ فَاِذَآ اَصَابَ بِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖٓ اِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُوْنَۚ ٤٨ ﴾ |
Terjemahan Kemenag 2019 |
Allahlah yang mengirim angin, lalu ia (angin) menggerakkan awan, kemudian Dia (Allah) membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya dan Dia menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu engkau melihat hujan keluar dari celah-celahnya. Maka, apabila Dia menurunkannya kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, seketika itu pula mereka bergembira. |
Tafsir Sains |
Ayat di atas mengisyaratkan air di atmosfer dan turunnya hujan. Air di atmosfer dijumpai dalam bentuk gas (uap) sebagai hasil penguapan air di permukaan laut serta genangan atau aliran air di permukaan daratan yang terpanaskan oleh sinar matahari, dan dari transpirasi tumbuhan. Kandungan uap air di atmosfer didefinisikan sebagai kelembapan udara yang berbeda dari suatu tempat ke tempat lainnya. Proses penguapan air ke udara pada dasarnya merupakan proses pendinginan, karena untuk menguapkan air (atau es) diperlukan sejumlah energi. Sebaliknya pada udara yang cukup dingin, uap air akan terkondensasi menjadi butiran air (atau langsung membeku menjadi salju atau es) dan apabila sudah cukup berat akan jatuh (presipitasi) menjadi hujan (atau hujan salju, hujan es). Di lain pihak perbedaan suhu mengakibatkan perbedaan tekan an dan pergerakan udara. Udara yang lebih dingin dan lembap akan mempunyai tekanan yang lebih tinggi, dan akan bergerak ke tempat yang bertekanan rendah yang umumnya bersuhu lebih tinggi. Sifat umum lainnya adalah bahwa semakin tinggi (jauh dari permukaan bumi) udara semakin jarang, dan tekanannya semakin rendah. Karena itu, pemanasan udara akan menyebabkan pemuai an dan udara akan bergerak ke atas, sehingga udara di tempat yang kena panas bertekanan rendah. Pada lapisan atmosfer yang paling bawah (Troposfer, ketinggian di bawah 17 km) suhu udara berkurang dengan ketinggian. Maka dengan naiknya udara, terjadi pendinginan pada massa udara yang bergerak tersebut. Secara umum, perbedaan suhu dan tekanan udara menjadi faktor utama yang mengendalikan kandungan uap air di udara yang juga selalu bergerak sebagai embusan angin. Kandungan uap air yang cukup tinggi di udara akan tampak sebagai awan (atau kabut). Tidak semua awan yang terbentuk akan menjadi hujan. Awan-awan yang tipis, seperti awan cirrus, seringkali hilang karena uap yang terakumulasi bergerak terpencar lagi oleh embusan angin atau pemanasan yang lebih kuat. Awan yang hampir dipastikan akan turun menjadi hujan adalah awan tebal yang bergumpal-gumpal dan menumpuk sangat tinggi, dikenal dengan nama awan cumulonimbus. Surah Ar-Rum ayat 48 memberikan penjelasan yang mendalam tentang fenomena terbentuknya hujan, baik dari perspektif ilmiah maupun linguistik, sekaligus menekankan kekuasaan Allah dalam mengatur proses ini. Penjelasan dalam ayat ini menggambarkan langkah-langkah rinci dalam proses hujan, dimulai dari pengiriman angin (riyāh) yang menggerakkan uap air dari permukaan bumi hingga membentuk awan (sahāb). Awan ini kemudian disusun dan disebarkan oleh Allah di langit, hingga menjadi massa awan yang padat (rukām), dari mana hujan akhirnya turun, membawa manfaat dan kebahagiaan bagi manusia.
Secara ilmiah, ayat ini memiliki korelasi yang kuat dengan Teori Koalesensi, yang menjelaskan bahwa angin berperan penting dalam proses penguapan, yaitu membawa uap air dari permukaan laut, sungai, atau sumber air lainnya ke atmosfer. Uap air ini kemudian mendingin dan berkondensasi, membentuk partikel awan kecil. Seiring waktu, partikel-partikel ini berkumpul menjadi awan yang lebih besar dan lebih tebal. Dalam tahap akhir, tetesan air kecil di dalam awan bergabung (koalesensi) menjadi tetesan yang cukup besar untuk jatuh sebagai hujan. Deskripsi dalam ayat ini, seperti angin yang "menggerakkan" awan dan awan yang menjadi padat, secara ilmiah sejalan dengan proses ini. Ini menunjukkan mukjizat ilmiah (al-i‘jāz al-‘ilmī) dalam Al-Qur'an, yang menjelaskan fenomena ini jauh sebelum ilmu meteorologi modern mengidentifikasinya.
Di sisi linguistik, keajaiban ayat ini terletak pada penggunaan kata-kata spesifik yang secara tepat menggambarkan fenomena alam ini. Kata riyāh menunjukkan pluralitas angin yang membawa uap air dalam jumlah besar. Istilah sahāb mencerminkan sifat awan yang mudah bergerak, sementara rukām menggambarkan awan yang padat dan berlapis-lapis. Penggunaan kata kerja seperti yuzjī (menggerakkan) dan yu’allif (mengumpulkan) menunjukkan dinamika dan keteraturan dalam proses pembentukan hujan. Selain itu, konjungsi fa (lalu) dalam struktur ayat menandai urutan logis dari setiap tahap, menggambarkan hubungan sebab-akibat antara pengiriman angin, pembentukan awan, dan turunnya hujan.
Melalui deskripsi ilmiah dan keindahan bahasa ini, Surah Ar-Rum ayat 48 tidak hanya menjelaskan proses alami tetapi juga mengarahkan manusia untuk merenungkan kekuasaan dan hikmah Allah dalam mengatur alam semesta. Proses hujan ini, yang tampak biasa dalam kehidupan sehari-hari, diungkapkan sebagai bukti nyata dari pengaturan Allah yang sempurna, serta sebagai pengingat akan karunia-Nya yang mendatangkan manfaat dan kebahagiaan bagi makhluk-Nya. Hal ini memperlihatkan keselarasan antara wahyu Ilahi dan ilmu pengetahuan, yang keduanya mengarah pada pemahaman yang lebih mendalam tentang ciptaan dan Sang Pencipta. |
Referensi |
Tim Penyusun, Air Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains,
(Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Kemenag RI, 2010), 56-57.
Referensi Lengkap
Sujiat Zubaidi, Aqdi Rofiq Asnawi, Muhamad Anwar Aditya, Interrelation of Coalescence Theory and Qur’anic Perspectives on Rain Phenomenon: A Linguistic and Scientific Analysis,
(Surabaya: Mutawatir: Jurnal Keilmuan Tafsir Hadith, 2023), 286-311.
Referensi Lengkap |
Daftar Pustaka :
IEEE :
[1] Tim Penyusun, Air Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Kemenag RI, 2010, hlm. 56-57. Diakses pada 01 September 2025 melalui website tafsil.id.
Chicago :
Tim Penyusun. Air Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Kemenag RI, 2010, 56-57. Diakses pada 01 September 2025 melalui website tafsil.id.
APA :
Tim Penyusun. (2010). Air Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains (hlm. 56-57). Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Kemenag RI. Diakses pada 01 September 2025 melalui website tafsil.id.
IEEE :
[1] Sujiat Zubaidi, Aqdi Rofiq Asnawi, Muhamad Anwar Aditya, Interrelation of Coalescence Theory and Qur’anic Perspectives on Rain Phenomenon: A Linguistic and Scientific Analysis, Surabaya: Mutawatir: Jurnal Keilmuan Tafsir Hadith, 2023, hlm. 286-311. Diakses pada 01 September 2025 melalui website tafsil.id.
Chicago :
Sujiat Zubaidi, Aqdi Rofiq Asnawi, Muhamad Anwar Aditya. Interrelation of Coalescence Theory and Qur’anic Perspectives on Rain Phenomenon: A Linguistic and Scientific Analysis. Surabaya: Mutawatir: Jurnal Keilmuan Tafsir Hadith, 2023, 286-311. Diakses pada 01 September 2025 melalui website tafsil.id.
APA :
Sujiat Zubaidi, Aqdi Rofiq Asnawi, Muhamad Anwar Aditya. (2023). Interrelation of Coalescence Theory and Qur’anic Perspectives on Rain Phenomenon: A Linguistic and Scientific Analysis (hlm. 286-311). Surabaya: Mutawatir: Jurnal Keilmuan Tafsir Hadith. Diakses pada 01 September 2025 melalui website tafsil.id.