Al-mu’shirot merupakan sekelompok awan stratiform cumulus, yang kaya akan uap dan tetesan air, terbentuk akibat siklon tropis yang muncul di wilayah perairan luas, seperti lautan dan samudra. Siklon ini bisa juga berupa pusaran udara yang terbentuk di atas daratan dalam bentuk awan stratus. Awan ini kemudian terdorong perlahan hingga berkumpul dan membentuk awan cumulonimbus, yang tingginya bisa mencapai lebih dari 15 kilometer.

Cuaca yang sangat dingin pada ketinggian ini menyebabkan terbentuknya hujan es dan salju, yang bergerak di dalam awan karena arus udara naik dan turun. Pergerakan ini membuat butiran es membeku dan mencair, menghasilkan kilat dan guntur. Proses ini meningkatkan pergerakan massa udara, sehingga menambah lebih banyak uap dan tetesan air, menjadikan awan stratocumulus dan cumulus semakin jenuh.

Awan-awan ini pun siap menurunkan hujan deras, yang dapat berlangsung selama beberapa hari tanpa henti.

Maha Suci Allah yang empat belas abad lalu menurunkan firman-Nya: "Kami menurunkan dari awan air hujan yang tercurah dengan deras" (An-Naba'/78:14). Firman ini diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang ummi, di tengah lingkungan padang pasir di mana tidak terlihat adanya waduk atau badai besar yang menggerakkan angin dan hujan. Karena curah hujan yang jarang dan jarak yang jauh dari hamparan air luas seperti lautan dan samudra, peristiwa tersebut sulit dibayangkan.

Jika kita perhatikan ketepatan ilmiah yang menakjubkan dalam perumusan ayat Al-Qur'an yang mulia ini, maka jelas bahwa Al-Qur'an adalah firman Allah, Sang Pencipta (Maha Suci Allah).