Profil Ayat
Nama Surat : Al-Anbiya |
Nomor Ayat : 104 |
Nomor Surat : 21 |
Tema : |
Bumi Kosmologi Langit |
Jumlah Pengunjung : 60 |
Detail Ayat
Ayat |
﴿ يَوْمَ نَطْوِى السَّمَاۤءَ كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِۗ كَمَا بَدَأْنَآ اَوَّلَ خَلْقٍ نُّعِيْدُهٗۗ وَعْدًا عَلَيْنَاۗ اِنَّا كُنَّا فٰعِلِيْنَ ١٠٤ ﴾ |
Terjemahan Kemenag 2019 |
(Ingatlah) hari ketika Kami menggulung langit seperti (halnya) gulungan lembaran-lembaran catatan. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya lagi. (Itu adalah) janji yang pasti Kami tepati. Sesungguhnya Kami akan melaksanakannya. |
Tafsir Sains |
Para ilmuwan memperkirakan bahwa kecepatan perluasan alam semesta akan melambat seiring waktu. Proses ini disebabkan oleh gaya yang dihasilkan dari Big Bang, mirip dengan suhu yang dihasilkan dari peristiwa tersebut. Suhu yang diperkirakan mencapai miliaran derajat absolut pada saat ledakan terjadi, kini telah turun menjadi kurang dari tiga derajat absolut (sekitar -270 derajat Celcius). Maka, gaya penggerak yang menyebabkan perluasan alam semesta pun pasti menurun dengan kecepatan yang sama. Terlebih lagi, perhitungan matematis menunjukkan bahwa laju perluasan kosmik segera setelah Big Bang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan saat ini, yang berarti alam semesta berkembang dengan sangat cepat pada awalnya.
Saat kecepatan perluasan alam semesta melambat, gaya gravitasi akan melebihi gaya momentum yang menyebabkan galaksi-galaksi bergerak menjauh satu sama lain. Akibatnya, galaksi-galaksi akan mulai bergerak menuju pusat alam semesta dengan kecepatan yang semakin meningkat, mengumpulkan berbagai bentuk materi dan energi di antara mereka. Pada tahap ini, alam semesta akan mulai berkontraksi, dan baik ruang maupun waktu akan terlipat hingga seluruh dimensi, atau hampir semuanya, lenyap. Semua bentuk materi dan energi yang tersebar di seluruh alam semesta akan terkumpul hingga terakumulasi dalam satu titik yang sangat kecil, hampir mendekati nol atau ketiadaan. Pada saat itu, kepadatan dan suhunya akan meningkat hingga mencapai titik di mana semua hukum fisika yang kita ketahui berhenti berlaku. Ini adalah tahap ketika alam semesta kembali ke keadaan semula. Model ini dikenal sebagai Model Alam Semesta Tertutup, dan proses penyatuan alam semesta disebut dengan Teori Big Crunch, yang merupakan kebalikan dari Big Bang.
Kami meyakini teori ini karena Allah Yang Maha Esa berfirman dalam Kitab-Nya yang mulia: “Ingatlah hari ketika Kami menggulung langit seperti menggulung lembaran-lembaran catatan. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya lagi. Itu adalah janji yang pasti Kami tepati. Sesungguhnya Kami akan melaksanakannya.” [Al-Anbiya’: 104].
Makna dari ayat yang mulia ini adalah bahwa Allah SWT akan menggulung halaman-halaman alam semesta, mengumpulkan segala bentuk materi, energi, ruang, dan waktu dalam satu entitas utama kedua, yang benar-benar mirip dengan entitas utama pertama dari mana ledakan awal alam semesta terjadi. Entitas kedua ini, atas perintah Allah, akan meledak seperti halnya entitas pertama, dan akan berubah menjadi awan asap. Dari asap ini, Allah akan menciptakan bumi yang berbeda dari bumi kita sekarang, dan langit yang berbeda dari langit yang menaungi kita saat ini. Inilah saat di mana akhirat dimulai, dengan aturan dan hukum yang berbeda dari hukum kehidupan di dunia, di mana keabadian tanpa kematian menjadi kenyataan.
Sungguh merupakan keajaiban bahwa Al-Qur'an, yang diturunkan lebih dari seribu empat ratus tahun yang lalu, menyebutkan dua teori terpenting dalam penciptaan dan pemusnahan alam semesta, yaitu teori Big Bang dan teori Big Crunch. Kami meyakini kedua teori ini sebagai kebenaran murni karena adanya referensi tentang keduanya dalam Kitab Allah yang kekal, di mana kepalsuan tidak datang dari arah mana pun. Lebih menakjubkan lagi, dua ayat yang merujuk pada kedua teori tersebut muncul dalam satu surah Al-Qur’an, yaitu Surah Al-Anbiya (ayat 30 dan 104).
Betapa luar biasanya petunjuk Al-Qur'an tentang penciptaan kembali bumi dan langit yang berbeda dari yang ada sekarang. Ini adalah salah satu perkara gaib yang tidak akan pernah bisa dicapai oleh manusia tanpa petunjuk Ilahi. Petunjuk ini menyelesaikan perdebatan panjang yang membingungkan tentang suatu perkara gaib yang saat ini sedang hangat dibicarakan oleh para ilmuwan. Maha Suci Allah yang menurunkan Al-Qur’an dengan ilmu-Nya dan menyampaikannya kepada Nabi-Nabi-Nya. |
Referensi |
Zaghlūl al-Najjār, Tafsīr al-Āyāt al-Kawniyyah fī al-Qur’ān al-Karīm, Cet. 1 (Kairo: Maktabatu al-Syurūq al-Dauliyyah, 2007), Vol. 2, 147-148 |