Menurut para ahli geologi, proses penciptaan bumi dibagi menjadi enam masa. Surah an-Nāzi‘āt/79: 30 yang artinya, “Dan setelah itu bumi Dia hamparkan,” menuntun kita bahwa pada Masa Keempat ini mulai terjadi proses pembentukan Bumi melalui penghamparan batuan sedimen. Tidak kalah pentingnya adalah mulai terdapat tanda-tanda kehidupan.
Pada Masa Keempat bulan terbentuk dari lontaran sebagian kulit bumi karena tumbukan dahsyat benda langit lainnya, dan Al-Qur’an menandainya dengan “..Dan setelah itu bumi Dia hamparkan”. Batuan-batuan tertua yang berumur sekitar 3,8-4,28 miliar tahun mungkin merupakan batuan-batuan yang dihamparkan. Seperti dikemukakan sebelumnya sangat boleh jadi ini adalah akhir masa Hadean dan memasuki masa Arkean. Bila demikian halnya maka batas masa Hadean dan masa Arkean berkisar pada umur 3.8 - 4,28 miliar tahun yang lalu. Beberapa tafsir sering menyebutkan bumi yang dihamparkan menggambarkan lempeng benua besar (Pangea) kemudian “dihamparkan” sekitar 200 juta tahun yang lalu. Benua Pangea ini kemudian terpecah, bergerak dan kemudian membentuk 5 benua plus Antartika. Namun data geologi yang menyebutkan batuan tertua berumur sekitar 4,28 miliar tahun yang lalu. Bila demikian bisa jadi pada Masa Keempat bumi yang dihamparkan bukan Pangea, tetapi “benua” dengan umur jauh lebih tua. Selain itu diduga aktivitas gunung api telah berlangsung sebelum 3,7 miliar tahun yang lalu. Masa Arkean ditandai oleh munculnya bakteri dan stromatolite.
Dalam ayat selanjutnya dijelaskan keluarnya air dan tumbuhan. Secara tidak langsung ayat ini menegaskan proses penciptaan tumbuhan terjadi pasca penciptaan bumi dan munculnya air dari dalam bumi. Tumbuhan dan air dibahas secara bersama karena satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Tumbuhan hanya ditemukan di bumi yang mempunyai cadangan air, dan tumbuhan itulah yang menjadi materi dasar bagi terjadinya kehidupan di bumi.
Telah terbukti bahwa seluruh air di bumi dikeluarkan oleh Allah Yang Maha Esa dari dalam bumi melalui berbagai aktivitas gunung berapi yang terjadi bersamaan dengan pergerakan lempeng litosfer bumi. Selain itu, gas paling umum kedua yang dilepaskan dari letusan gunung berapi adalah karbon dioksida, yang merupakan komponen penting dalam proses fotosintesis pada tumbuhan hijau.
Gas ini, bersama air dan unsur-unsur tanah lainnya, digunakan oleh tumbuhan untuk membentuk sel, jaringan, bunga, dan buah. Oleh karena itu, Al-Qur'an mengungkapkan proses keluarnya gas penting ini, serta gas-gas lain yang diperlukan untuk kehidupan di bumi, sebagai metafora untuk pertumbuhan padang rumput. Sebab, tanpa karbon dioksida, bumi tidak akan dapat menumbuhkan tumbuhan hijau.
Salah satu mukjizat Al-Qur’an adalah penyampaian fakta-fakta ilmiah dalam bahasa yang sederhana dan penuh makna.
Sebagaimana lazim dalam Al-Qur'an, ayat-ayatnya menyampaikan kebenaran universal, termasuk proses keluarnya air dan gas atmosfer dari dalam bumi, dengan cara yang tidak menakutkan bagi mentalitas orang Badui pada masa itu. Di tengah gurun Jazirah Arab, saat wahyu diturunkan, Allah berfirman:
"Setelah itu, bumi Dia hamparkan (untuk dihuni). Dari dalamnya, Dia mengeluarkan air dan menyediakan tempat penggembalaan." (An-Nazi'at/79:30-31)
Orang-orang Arab pada waktu itu biasa melihat mata air memancar dari tanah dan menyaksikan tanah mereka menjadi hijau setelah hujan turun. Mereka pun memahami keindahan dari kedua ayat yang mulia ini. Namun, saat ini, kita melihat dalam ayat-ayat tersebut bukti ilmiah baru bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa telah mencurahkan rahmat-Nya kepada bumi dan seluruh penghuninya.
Dia (Maha Suci Allah) telah mempersiapkan bumi untuk kehidupan dengan mengeluarkan lapisan batuan, air, dan gas dari inti bumi yang bersuhu ribuan derajat Celsius. Hal ini menunjukkan bahwa Allah adalah Sang Pencipta yang memiliki kekuasaan sempurna, pengerjaan yang indah, ilmu yang sempurna, dan kebijaksanaan yang tiada banding.
Ini juga menjadi bukti bahwa Nabi Muhammad SAW, yang menerima wahyu terakhir ini, diajar langsung oleh Pencipta langit dan bumi. Pada saat Al-Qur'an diturunkan, tidak ada manusia yang mengetahui fakta bahwa seluruh air dan udara di bumi berasal dari dalam bumi. Pengetahuan tentang hal ini baru terungkap pada dekade akhir abad ke-20.
Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Qur’an empat belas abad lalu, yang menggambarkan kebenaran ini dengan firman-Nya yang mulia:
“Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘(Al-Qur’an) itu diturunkan oleh (Allah) yang mengetahui rahasia di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’” (Al-Furqan/25:6)