Profil Ayat
Nama Surat : An-Naziat |
Nomor Ayat : 32 |
Nomor Surat : 79 |
Tema : |
Bumi Gunung |
Jumlah Pengunjung : 19 |
Detail Ayat
Ayat |
﴿ وَالْجِبَالَ اَرْسٰىهَاۙ ٣٢ ﴾ |
Terjemahan Kemenag 2019 |
Gunung-gunung Dia pancangkan dengan kukuh. |
Tafsir Sains |
Selama dua abad terakhir, bukti ilmiah telah menunjukkan bahwa litosfer bumi berada dalam keadaan keseimbangan sempurna, meskipun terdapat variasi yang signifikan pada topografi permukaannya. Ini berarti bahwa massa materi di seluruh jari-jari bumi, yang memanjang dari pusatnya ke berbagai titik di permukaan, tetap sama, terlepas dari variasi ketinggian—apakah itu di puncak gunung tertinggi atau di titik terdalam lautan. Fenomena ini hanya dapat dijelaskan dengan variasi kepadatan batuan yang menyusun berbagai bagian litosfer bumi.
Pegunungan yang tinggi terdiri dari batuan dengan kepadatan yang lebih rendah dibandingkan dengan batuan di daerah sekitarnya, sedangkan daerah yang lebih rendah memiliki batuan dengan kepadatan lebih tinggi. Hal ini menegaskan bahwa kerak bumi, yang merupakan bagian atas litosfer, memiliki perbedaan ketebalan dan kepadatan antara benua dan dasar laut.
Ketebalan kerak bumi di benua berkisar antara 30 hingga 40 kilometer, dan didominasi oleh batuan granit dengan kepadatan rata-rata 2,7 g/cm³. Sementara itu, ketebalan kerak dasar laut berkisar antara 5 hingga 8 kilometer, didominasi oleh batuan basal dengan kepadatan rata-rata 2,9 g/cm³. Hal ini menyebabkan massa benua mengapung di atas dasar laut dan samudra.
Begitu pula dengan lempeng litosfer yang menopang benua, dengan ketebalan berkisar antara 100 hingga 150 kilometer. Komposisinya didominasi oleh batuan dengan kepadatan yang relatif lebih rendah dibandingkan batuan penyusun lempeng laut dan dasar samudra, yang ketebalannya tidak melebihi 70 kilometer. Kedua jenis lempeng litosfer bumi ini, baik kontinental maupun samudra, mengapung di atas zona dengan kepadatan lebih tinggi, yang setengah cair dan elastis, dikenal sebagai "Zona Kelemahan Tanah."
Zona ini dipengaruhi oleh tekanan dari atas karena fleksibilitasnya. Ia bergerak ke bawah saat tekanan meningkat, dan naik kembali saat tekanan berkurang. Proses ini berlangsung melalui dua mekanisme yang berlawanan: yang pertama disebut "kompresi," dan yang kedua disebut "pantulan tekan," keduanya berfungsi menjaga keseimbangan permukaan bumi.
Ketika sebuah gunung, dengan batuannya yang relatif ringan, menjulang tinggi, sejumlah material setengah cair harus dipindahkan dari zona kelemahan di bawahnya dalam jumlah yang sama dengan massa gunung tersebut. Ini membantu pembentukan batuan dan memungkinkan gunung memiliki fondasi yang dalam, dikenal sebagai "akar gunung," yang menembus litosfer bumi dan mengapung di zona kelemahan, mirip dengan gunung es yang mengapung di lautan. Kedua fenomena ini diatur oleh hukum daya apung, berdasarkan kepadatan batuan yang membentuk pegunungan dibandingkan dengan kepadatan batuan di zona lemah serta massa gunung itu sendiri, yang menentukan kedalaman akar gunung tersebut.
Telah dibuktikan bahwa setiap tonjolan di permukaan bumi memiliki perluasan di dalamnya yang berkisar antara 10 hingga 15 kali tinggi tonjolan tersebut di atas permukaan laut. Semakin besar elevasi eksternal suatu medan, semakin besar pula perluasan internalnya. Dengan demikian, gunung-gunung itu tertancap kuat di permukaan bumi.
Permukaan bumi tertanam dalam litosfer dan mengapung di atas zona kelemahan terestrial. Ini juga berperan penting dalam menstabilkan bumi sebagai planet, mengurangi goyangan dalam rotasinya pada poros. Lempeng-lempeng litosfer bumi saling terkait dengan pasak-pasak gunung, yang menghubungkan benua dengan dasar lautan. Ketika dasar lautan yang memisahkan dua benua habis terkonsumsi, kedua benua saling bertabrakan, menciptakan barisan pegunungan tertinggi. Gunung-gunung ini, dengan pasaknya, menghubungkan dua benua yang bertabrakan, mengurangi pergerakan lempeng hingga akhirnya berhenti, menjadikan kehidupan di permukaan kedua benua tersebut lebih stabil.
Ketika faktor-faktor pelapukan dan pengikisan mengikis puncak gunung, hukum daya apung akan mendorongnya ke atas, sehingga akar-akar atau tiang-tiang gunung tersebut keluar dari zona kelemahan bumi. Proses ini berlanjut hingga ketebalan gunung mencapai ketebalan rata-rata lapisan litosfer yang ada di sekitarnya. Pada akhirnya, benua tempat gunung itu berada menjadi bagian kokoh dari fondasi bumi.
Kehadiran pegunungan yang akarnya tertanam dalam litosfer bumi membantu mengurangi intensitas goyangan bumi saat berputar pada porosnya, sehingga pergerakannya menjadi lebih stabil, teratur, dan mulus. Ini mirip dengan potongan timah yang dipasang di sekitar ban mobil untuk menstabilkan pergerakannya dan mengurangi guncangan, sehingga bumi menjadi layak untuk dihuni. Di sinilah keajaiban ilmiah Al-Qur'an, yang diturunkan lebih dari seribu empat ratus tahun yang lalu, menjadi jelas. Hal ini sesuai dengan firman Allah Yang Mahakuasa:
"Dan gunung-gunung Dia pancangkan dengan kukuh." (An-Nazi'at/79:32)
Makna ini diulang dalam sembilan ayat lain dalam Kitab-Nya. Fakta-fakta ini baru dipahami manusia secara umum dalam dua abad terakhir, dan secara lebih rinci pada akhir abad ke-19 hingga abad ke-20. Tidak ada yang bisa membayangkan bahwa pengetahuan ini berasal dari selain pernyataan Sang Pencipta, Maha Suci-Nya. |
Referensi |
Zaghlūl al-Najjār, Tafsīr al-Āyāt al-Kawniyyah fī al-Qur’ān al-Karīm, Cet. 1 (Kairo: Maktabatu al-Syurūq al-Dauliyyah, 2007), Vol. 4, 316-318, 322. |