Kembali

Profil Ayat

Nama Surat : Al-A‘rāf
Nomor Ayat : 54
Nomor Surat : 7
Tema :
Agroklimatologi Langit Kosmologi Astronomi Zoologi
Jumlah Pengunjung : 81

Detail Ayat

Ayat
﴿ اِنَّ رَبَّكُمُ اللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِۗ يُغْشِى الَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهٗ حَثِيْثًاۙ وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُوْمَ مُسَخَّرٰتٍۢ بِاَمْرِهٖٓ ۙاَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْاَمْرُۗ تَبٰرَكَ اللّٰهُ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ ٥٤ ﴾
Terjemahan Kemenag 2019

Sesungguhnya Tuhanmu adalah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,274) kemudian Dia bersemayam di atas ʻArasy.275) Dia menutupkan malam pada siang yang mengikutinya dengan cepat. (Dia ciptakan) matahari, bulan, dan bintang-bintang tunduk pada perintah-Nya. Ingatlah! Hanya milik-Nyalah segala penciptaan dan urusan. Maha Berlimpah anugerah Allah, Tuhan semesta alam.

 

274) Allah menciptakan alam semesta dalam enam masa yang prosesnya sepanjang sejarah alam semesta, seperti yang dijelaskan dalam surah an-Nāzi‘āt (79): 27‒33.

275) Bersemayam di atas ʻArasy adalah satu sifat Allah yang wajib diimani sesuai dengan keagungan Allah Swt. dan kesucian-Nya.

Tafsir Sains

Informasi-informasi tentang matahari banyak diungkap dalam Al-Qur'an. Selain mengetengahkan informasi bahwa benda langit memiliki keistimewaan dengan cahaya dan panasnya, wahyu Allah juga menegaskan bahwa matahari ini merupakan salah satu ciptaan-Nya. Ayat yang menyebutkan hal ini secara tegas adalah QS. Al-A’raf ayat 54.

Asy-syams merupakan nama dari benda langit yang dikenal sebagai penyebab terjadinya siang hari yang terang benderang. Matahari merupakan bola gas panas dengan hidrogen sebagai kandungan utamanya. Hidrogen itulah yang menjadi bahan bakar nuklir di inti matahari, sehingga menyebabkannya berpijar dan memancarkan cahaya yang sangat panas. Di pusat matahari sendiri selalu terjadi reaksi fusi nuklir untuk menghasilkan panas dan cahaya. Energi yang ada padanya setiap detik menyusut sebanyak 4 juta ton akibat dikonversi menjadi cahaya. Dari inti matahari, pijarannya mencapai kulit luar bola matahari pada radis 700.000 km dengan memancarkan energi berdaya 390 triliun-triliun watt. Energi yang mengarah ke bumi menempuh jarak 150 juta kilometer. Panas yang terpancar darinya dinikmati manusia dan makhluk lain di bumi dalam kehidupannya. Selain itu, panasnya juga dapat dimanfaatkan sebagai penghangat biosfer planet bumi dan berperan dalam proses fotosintesis dari segala jenis tumbuhan.

Pada awal ayat Allah menegaskan bahwa Dia adalah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Walaupun yang disebut hanya langit dan bumi, tetapi yang dimaksud adalah semua yang ada di alam raya ini. Pemahaman seperti ini berangkat dari pemikiran bahwa yang dimaksud dengan langit adalah semua makhluk yang ada di atas permukaan bumi, yang itu berarti semua benda antariksa, dan yang dimaksud dengan bumi adalah semua yang ada di alam bawah. Termasuk dalam pengertian ini adalah semua benda yang ada di antara langit dan bumi, seperti matahari, bulan, bintang, planet, dan sebagainya.

Cahaya dan panas yang dihasilkan matahari mempunyai manfaat yang sangat besar bagi semua makhluk. Dengan cahayanya yang terang semua yang ada di alam raya menjadi jelas terlihat. Karena cahaya inilah manusia dapat menikmati indahnya alam yang menghijau atau pemandangan suatu taman yang dihiasi kembang berwarna-warni. Dengan panas matahari manusia dan hewan dapat menghangatkan badan, sehingga mereka dapat mengusir rasa dingin yang menerpa sepanjang malam. Tumbuhan pun demikian; mereka memanfaatkan panas cahaya matahari untuk proses fotosintesis yang diperlukan bagi pertumbuhannya. Andaikata tidak ada panas matahari, niscaya tumbuhan akan mati akibat tidak dapat memproduksi makanan yang diperlukannya.

Ayat ini secara tegas menginformasikan bahwa langit, bumi, matahari, bulan, dan bintang-bintang merupakan ciptaan Tuhan. Sebagai makhluk, semua benda langit tunduk pada hukum yang telah ditentukanNya, patuh pada norma-norma yang ditetapkan-Nya. Ketundukan dan kepatuhan itu ditujukan kepada Tuhan yang dalam praktiknya diwakilkan kepada hukum alam yang telah diciptakan Tuhan untuk mereka. Di sisi lain ayat ini juga menjelaskan bahwa bulan merupakan salah satu ciptaan Tuhan. Karena itu bulan pastilah bukan Tuhan sehingga tidak layak disembah atau menjadi tujuan ibadah. Inilah kesimpulan Ibrahim muda ketika memperhatikan bulan dengan segala kondisi yang ada padanya. Pemikiran yang terlintas itu, sesuai dengan informasi ayat yang dikaji sebelumnya, merupakan petunjuk Allah yang telah menghindarkannya dari kesesatan. Ungkapan ini jelas disebutkan pada bagian akhir dari ayat tersebut, “Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.”

Ayat ini juga menginformasikan bahwa bulan merupakan benda langit, sebagaimana benda-benda angkasa lainnya, yang terbit dan terbenam. Fenomena seperti ini sebenarnya merupakan sesuatu yang secara alamiah terjadi pada semua benda angkasa. Seperti diketahui, bulan tidak memiliki cahaya sendiri. Cahaya yang seolah-olah berasal darinya merupakan pantulan dari cahaya matahari yang diterimanya. Karena cahayanya hanya berupa pantulan, bukan berasal dari dirinya sendiri, maka bulan akan hilang dari pandangan pada saat matahari muncul. Karena itulah bulan tidak tampak pada siang hari, dan baru akan tampak pada malam hari.

Sebagai satelit bumi, bulan akan selalu beredar mengelilingi planet induknya. Pada dasarnya dalam perjalanan ini bulan beredar dari barat ke timur. Namun, yang tampak dari bumi justru sebaliknya; bulan tampak muncul di timur dan tenggelam di barat. Dalam peredaran ini bulan berada pada posisi-posisi yang tidak sama. Karena itu, dari bumi satelit ini terlihat tidak selalu dalam keadaan utuh atau penuh. Secara bertahap bulan terlihat dari bumi dimulai dari bagian yang kecil, bergerak sampai menjadi makin besar. Pada awal bulan, satelit ini hanya terlihat sebagian kecilnya dan tak lama kemudian menghilang. Pada hari selanjutnya, bagian yang tampak dari bulan makin membesar dan menampakkan diri dalam waktu yang lebih lama daripada hari sebelumnya; demikian seterusnya. Bagian yang kecil ini disebut sebagai bulan sabit (hilāl). Seiring bertambahnya hari bulan akan tampak semakin besar dan akhirnya menjadi penuh, disebut bulan purnama. Kondisi ini terjadi pada hari ke-14 dan 15 setiap bulannya (sesuai dengan kalender Qamariyah). Sesudah itu bulan mulai tampak mengecil kembali, dan akhirnya pada hari ke-29 akan hilang dari pandangan

Referensi

Tim Penyusun, Manfaat Benda-Benda Langit Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Kemenag RI, 2012), 58-59, 105-106.