Secara Harfiyah, kata al-ardh berarti bumi: yaitu salah satu planet yang merupakan anggota dari tata surya. Dalam Al-Qur'an, kata ini selalu disebut dalam bentuk mufrad atau tunggal. Karena itu, ada yang berpendapat bahwa bumi itu hanya satu, bukan tujuh seperti langit. Namun demikian, bumi, menurut ilmu kebumian (geologi), terdiri dari beberapa lapisan. Dalam Dalam Surah at-Talāq/65: 12 juga disebutkan bahwa sebagian bumi terdiri dari tujuh lapis seperti halnya langit yang terdiri dari tujuh lapis.
Angka tujuh ini bisa ditafsirkan sebagai bilangan banyak. Ayat “dari (penciptaan) bumi serupa itu” bisa ditafsirkan dua hal. Pertama, “tujuh langit” bermakna benda-benda langit yang sangat banyak, maka bumi pun bukan satu-satunya, tetapi ada banyak planet serupa bumi. Kedua, “tujuh langit” yang pada ayat lain disebut “tujuh langit bertingkat-tingkat”, maka bumi pun mempunyai bagian-bagian yang bertingkat-tingkat, berlapis-lapis. Namun bisa jadi juga hanya 5 atau 6 lapisan atau bisa lebih dari 7, tergantung tingkat kerincian kita dalam menganalisis data hasil pengamatan yang diperoleh.
Hal yang patut direnungkan adalah gempa yang seringkali menyebabkan bencana dapat menimbulkan gelombang seismik yang memiliki manfaat lain. Gempa menyebarkan gelombang seismik ke seluruh penjuru bola bumi dan pantul-memantul dari satu sisi ke sisi lain sehingga dapat memberikan informasi tentang isi bumi, tentang ketebalan lapisan-lapisan bumi, komponen-komponen yang ada di dalamnya, dan lain sebagainya. Sungguh tidak ada yang sia-sia dari ciptaan Allah tergantung pada manusia bagaimana supaya dapat memahami dan mengambil manfaat serta faedahnya.
Diameter alam semesta yang terlihat diperkirakan lebih dari dua puluh miliar tahun cahaya. Satu tahun cahaya sendiri setara dengan sekitar 9,5 triliun kilometer. Alam semesta yang terlihat ini terus berkembang sejak penciptaan awalnya, dan akan berlanjut hingga Tuhan menghendaki. Galaksi-galaksi di dalamnya bergerak menjauh dari galaksi kita (Bima Sakti) dan dari satu sama lain dengan kecepatan yang sangat tinggi, mendekati kecepatan cahaya yang mencapai sekitar 300.000 kilometer per detik. Semakin maju alat pemantauan kita, semakin jelas terlihat bahwa batas alam semesta yang terlihat terus menjauh dari jangkauan pengamatan kita.
Karena keterbatasan manusia, kita akan tetap terkurung dalam wilayah tertentu di langit yang lebih rendah, dan untuk mengetahui apa yang ada di atasnya hanya bisa dilakukan melalui wahyu dari Tuhan.
Para astronom memperkirakan bahwa bagian alam semesta yang terlihat mengandung sekitar dua ratus miliar galaksi seperti galaksi kita, Bima Sakti. Beberapa galaksi lebih besar, sementara yang lain lebih kecil. Galaksi Bima Sakti berbentuk piringan pipih dengan diameter seratus ribu tahun cahaya dan ketebalan sekitar sepersepuluhnya, yaitu sepuluh ribu tahun cahaya.
Galaksi hadir dalam berbagai bentuk: ada yang spiral, elips, setengah bola, hingga tak beraturan. Galaksi elips-kuasi-bola mewakili sekitar sepertiga dari galaksi yang kita ketahui. Ada galaksi yang sangat besar, dan ada pula yang lebih kecil dan tampak memanjang.
Beberapa astronom meyakini bahwa terdapat gugusan yang lebih besar dari gugusan galaksi besar, meskipun keberadaannya hanya diketahui oleh Allah. Pada tahun 1987, para astronom menemukan fenomena yang dikenal sebagai "Busur Galaksi". Fenomena ini ternyata dihasilkan dari apa yang dikenal sebagai lensa gravitasi, yaitu pembelokan cahaya oleh medan gravitasi yang kuat. Akibat penumpukan gravitasi ini, galaksi yang biasanya tampak seperti bola atau gelembung udara, terlihat seperti tembok besar jika dilihat dari sektor tertentu.
Diperkirakan, struktur ini memiliki panjang sekitar 150 juta hingga 250 juta tahun cahaya, dengan dimensi yang sangat besar. Para astronom menyebutnya sebagai "Tembok Besar" atau "The Great Wall". Pertanyaan pun muncul, di mana letak tembok kosmik besar ini jika dibandingkan dengan langit terendah dan tujuh langit? Semua ini adalah rahasia alam gaib yang hanya diketahui oleh Allah.
Dari beberapa ayat Al-Qur'an dan hadits Nabi Muhammad (SAW), kita dapat menyimpulkan bahwa semua yang kita lihat di alam semesta yang teramati hanyalah bagian kecil dari langit yang paling rendah.
Karena operasi pengeboran terdalam yang dilakukan manusia di bumi belum melebihi kedalaman 12 kilometer (kurang dari 1/500 jari-jari bumi), manusia belum dapat mengetahui struktur internal bumi secara langsung dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan oleh dimensi bumi yang sangat besar dan terbatasnya kemampuan manusia. Namun, dengan mempelajari gelombang seismik dan sifat alami serta kimia unsur-unsur bumi, manusia dapat mencapai sejumlah kesimpulan tidak langsung tentang komposisi internal bumi.
Kesimpulan yang terpenting adalah sebagai berikut:
1. Inti Padat: Bumi memiliki inti padat yang terdiri dari bola solid yang terbuat dari besi dan beberapa nikel, serta beberapa unsur lebih ringan seperti belerang, fosfor, karbon, dan silikon. Diameter inti ini kira-kira 2.400 kilometer dan dikenal sebagai "inti padat bumi".
2. Inti Cair: Di luar inti padat terdapat zona dengan komposisi kimia yang hampir sama, namun bersifat cair dan terdiri dari besi cair dan beberapa nikel, dengan sedikit unsur ringan. Zona ini dikenal sebagai "inti cair bumi" dan ketebalannya sekitar 2.000 kilometer. Terdapat juga zona transisi antara inti padat dan inti cair dengan ketebalan 450 kilometer.
3. Inti cair bumi diikuti ke arah luar oleh suatu zona yang disebut "mantel bumi," yang memiliki ketebalan sekitar 2.765 kilometer (dari kedalaman 120 kilometer hingga kedalaman 2.885 kilometer di bawah permukaan bumi). Mantel bumi dipisahkan menjadi tiga zona berbeda berdasarkan dua tingkat interupsi gelombang seismik akibat gempa bumi. Tingkat pertama terletak di kedalaman 400 kilometer dari permukaan bumi, sedangkan tingkat kedua terletak di kedalaman 670 kilometer.
Pembagian ini digunakan untuk mengkategorikan mantel bumi menjadi tiga bagian:
- Mantel Bawah (dari kedalaman 1.885 kilometer hingga 670 kilometer)
- Mantel Tengah (dari kedalaman 670 kilometer hingga 400 kilometer)
- Mantel Atas (dari kedalaman 400 kilometer hingga 120 kilometer)
Kedua rentang ini termasuk dalam apa yang biasa disebut sebagai rentang kelemahan dasar.
4. Di luar mantel bumi, terdapat litosfer bumi, yang memiliki ketebalan mencapai 65 kilometer di bawah dasar laut dan hingga 120 kilometer di bawah benua. Litosfer ini dibagi oleh garis diskontinuitas seismik yang disebut "Moho" menjadi kerak bumi. Ketebalan kerak bumi berkisar antara 5 hingga 8 kilometer di bawah dasar laut, dan antara 20 hingga 80 kilometer di bawah benua, dengan rata-rata ketebalan sekitar 35 kilometer.
Wilayah internal bumi dibagi menurut komposisi atau karakteristik kimianya. Mekanismenya terdapat sedikit perbedaan antar ulama, namun secara umum dapat dikumpulkan menjadi tujuh bagian.
Mungkinkah pernyataan ini yang dimaksud dengan tujuh bumi? Ketujuh bumi ini akan ada di bumi kita, dan mereka akan identik, sama seperti tujuh langit yang identik dalam pengucapan berturut-turut di sekitar satu pusat, dengan bagian luar menyelubungi bagian dalam.
Hal ini sesuai dengan firman Allah Yang Maha Esa dan Maha Tinggi:
“Allah lah yang menciptakan tujuh langit dan (menciptakan pula) bumi seperti itu.” [At-Talaq: 12].