Kembali

Profil Ayat

Nama Surat : Ar-Rahman
Nomor Ayat : 35
Nomor Surat : 55
Tema :
Fisika Kimia Tembaga
Jumlah Pengunjung : 17

Detail Ayat

Ayat
﴿ يُرْسَلُ عَلَيْكُمَا شُوَاظٌ مِّنْ نَّارٍۙ وَّنُحَاسٌ فَلَا تَنْتَصِرَانِۚ ٣٥ ﴾
Terjemahan Kemenag 2019

Kepadamu, (wahai jin dan manusia,) disemburkan nyala api dan (ditumpahkan) cairan tembaga panas sehingga kamu tidak dapat menyelamatkan diri.

Tafsir Sains

Para ahli tafsir dan ulama terdahulu sepakat bahwa kata syuwadh dalam konteks ini berarti nyala api tanpa asap, sementara kata nuhas/tembaga dapat merujuk pada asap tanpa nyala api atau logam tembaga yang kita kenal—logam yang terkenal dengan titik lelehnya yang tinggi (1.083°C) dan titik didihnya yang sangat tinggi (2.567°C).

 

Secara ilmiah, telah terbukti bahwa unsur-unsur yang kita kenal tercipta di dalam bintang melalui proses fusi nuklir (penggabungan inti atom hidrogen), yang secara bertahap menghasilkan inti atom unsur yang lebih berat hingga inti bintang berubah menjadi besi.

Reaksi nuklir sebelum terbentuknya atom besi adalah reaksi yang menghasilkan panas hingga mencapai milyaran derajat Celsius. Namun, proses fusi nuklir yang menghasilkan besi justru menyerap panas dan energi dari bintang, hingga menyebabkan bintang tersebut meledak. Ledakan ini mengakibatkan unsur-unsur yang terbentuk di dalamnya, termasuk besi, tersebar ke seluruh angkasa dan masuk ke dalam medan gravitasi benda-benda yang membutuhkannya, sesuai dengan ketetapan Allah Yang Maha Esa.

 

Unsur-unsur dengan inti atom yang lebih berat daripada besi terbentuk dengan menambahkan unsur-unsur penyusun utama materi ke dalam inti atom besi yang melayang di angkasa, sehingga terbentuklah sisa dari 105 unsur yang kita kenal. Unsur-unsur ini kemudian turun ke semua benda langit yang diketahui.

 

Karena tembaga memiliki berat dan nomor atom yang lebih tinggi daripada besi—dengan isotop besi memiliki berat atom 54, 56, dan 57, sementara tembaga memiliki berat atom 63,546—maka tembaga terbentuk di langit yang lebih rendah melalui peleburan inti atom besi dengan bahan penyusun dasar materi. Akibatnya, langit bawah penuh dengan atom-atom unsur berat, termasuk tembaga.

 

Pengamatan ini menunjukkan bahwa kata "tembaga" dalam ayat mulia merujuk pada logam tembaga. Di sini, tidak diperlukan penafsiran tambahan, karena tembaga yang dicairkan dan tetesannya yang mendidih di langit dianggap sebagai hukuman jera bagi setiap upaya manusia atau jin untuk menembus wilayah langit dan bumi.

 

Seorang rekan, Dr. Abdullah Al-Shehabi, menelepon saya dan memberitahukan bahwa ia telah mengunjungi Pameran Luar Angkasa dan Penerbangan di Washington, D.C., yang memamerkan model pesawat dari awal hingga terbaru, termasuk model pesawat ruang angkasa. Di pameran tersebut, ia melihat penampang kapsul Apollo dan terkesima melihatnya. Permukaan kapsul tersebut memiliki banyak garis memanjang yang tersembunyi di dalam badannya, diisi dengan tembaga karbonat (rantai tembaga).

 

Karena menarik perhatiannya, Dr. Al-Shehabi mendatangi pejabat ilmiah yang bertanggung jawab di ruangan itu dan bertanya apakah paduan bahan pembuat kapsul tersebut mengandung unsur tembaga. Pejabat itu dengan tegas menyangkal hal tersebut. Namun, Dr. Al-Shehabi menunjuk ke rantai tembaga di badan kapsul dan bertanya dari mana asalnya. Pejabat itu menjelaskan bahwa bahan tersebut berasal dari inti atom tembaga yang tersebar di langit, yang menghantam tubuh kapsul selama pergerakannya naik turun dari langit. Ketika kembali ke Bumi dan melewati lapisan yang mengandung uap air dan karbon dioksida, atom-atom tembaga inilah yang melekat pada tubuh kapsul dan secara bertahap berubah menjadi rantai tembaga.

 

Dr. Al-Shehabi menyatakan bahwa segera, ayat Al-Qur'an yang mulia muncul di depan matanya, di mana Tuhan kita, Yang Mahakuasa dan Maha Tinggi, berfirman: “Kepadamu, (wahai jin dan manusia,) disemburkan nyala api dan (ditumpahkan) cairan tembaga panas sehingga kamu tidak dapat menyelamatkan diri” (QS. Ar-Rahman: 35). Pengamatan ini menegaskan apa yang telah lama saya serukan, bahwa kata “nuhas” dalam ayat tersebut berarti logam tembaga, dan tidak perlu ada penafsiran tambahan.

Maha Suci Allah yang menurunkan ayat-ayat mulia ini 1.400 tahun yang lalu dan melestarikannya untuk kita dalam Kitab Suci-Nya selama lebih dari empat belas abad. Ayat-ayat tersebut kini muncul di zaman kita—zaman perjalanan ruang angkasa—sebagai bukti nyata dan material bahwa Al-Qur'an yang mulia adalah kalam Tuhan Sang Pencipta. Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para nabi, menerima wahyu yang diajarkan langsung oleh Sang Pencipta, yaitu Allah Yang Maha Suci.

Referensi

Zaghlūl al-Najjār, Tafsīr al-Āyāt al-Kawniyyah fī al-Qur’ān al-Karīm, Cet. 1 (Kairo: Maktabatu al-Syurūq al-Dauliyyah, 2007), Vol. 4, 69-71.