Profil Ayat
Nama Surat : Āli ‘Imrān |
Nomor Ayat : 190-191 |
Nomor Surat : 3 |
Tema : |
Langit Bumi Kosmologi Malam Siang Geografi |
Jumlah Pengunjung : 73 |
Detail Ayat
Ayat |
﴿ اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ ١٩٠ الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًاۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ١٩١ ﴾ |
Terjemahan Kemenag 2019 |
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, |
Tafsir Sains |
Penciptaan langit, bumi, dan fenomena alam lainnya pasti ada fungsi dan manfaatnya. Hal itu ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya, QS. Ali Imran ayat 190-191. Term ulul-albāb terdiri dari dua kata, yaitu ulū dan al-albāb. Kata yang pertama berarti “memiliki”, dan yang kedua merupakan bentuk jamak (plural) dari kata al-lubb, yang berarti “inti”. Yang dimaksud dengan inti di sini adalah unsur terpenting yang ada dalam diri manusia, yaitu akal. Dengan demikian, istilah tersebut dapat dimaknai dengan “orang-orang yang berakal”. Sebutan ini dikhususkan bagi manusia yang mau menggunakan anugerah Allah tersebut untuk berpikir dan meneliti semua yang ada agar ia mendapat manfaat dari lingkungannya. Semua manusia memang dikaruniai akal, dan ini merupakan unsur rohani yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. Dengan akal seorang manusia dapat memikirkan segala sesuatu yang kemudian dapat ia manfaatkan untuk menemukan atau meraih kebaikan bagi dirinya. Pada dasarnya akal bersifat baik, karena itulah organ ini akan selalu memberikan pertimbangan yang baik pula. Namun demikian, seringkali pertimbangan akal dikalahkan oleh nafsu yang juga merupakan salah satu kelengkapan yang diberikan Allah, seperti yang diinformasikan dalam Surah asy-Syams/91: 8. Oleh karena itu, akal tidak selamanya dapat berfungsi dengan baik bila selalu didominasi oleh nafsu buruk atau fujūr, yang juga disebut al-quwwah asy-syaițāniyyah (kekuatan setan). Agar akal dapat selalu berfungsi dengan baik sesuai tuntunan Ilahi, manusia mesti membekali diri dengan takwa yang kokoh. Dalam kaitan ini Allah mengisyaratkan bahwa yang layak disebut ulul-albāb adalah mereka yang selalu berzikir atau mengingat Allah dan menggunakan akalnya untuk memikirkan dan meneliti ciptaan-ciptaan-Nya di alam raya ini. Pemberdayaan akal yang demikian akan menyampaikannya pada keyakinan bahwa semua ciptaan Allah itu didasari oleh tujuan yang baik untuk makhluk-Nya. Surah Āli ‘Imrān/3: 190 di atas mengajak manusia untuk memikirkan betapa penciptaan langit dan bumi dilakukan Allah. Kejadiannya sungguh menakjubkan bagi mereka yang mau meneliti dan memperhatikannya. Allah juga menganjurkan manusia untuk memikirkan fenomena alam yang terpampang, yaitu pergantian malam dan siang, mencoba mencari manfaat macam apa yang dapat dipetik darinya dan bagaimana bersikap dalam menghadapi semua yang terjadi. Semua yang dihadapi itu sesungguhnya merupakan hukum alam dan salah satu dari tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah. Tanda-tanda kekuasaan Allah hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang dalam Al-Qur'an disebut sebagai ulul-albāb. Mereka itu adalah orang-orang yang mau secara intensif memberdayakan anugerah Allah berupa akal yang secara khusus dikaruniakan kepada manusia. Ciri-ciri orang yang berakal ini diungkapkan dalam ayat berikutnya, 191. Orang berakal itu adalah mereka yang selalu ingat kepada Allah, baik ketika berdiri sambil melaksanakan aktivitasnya, ketika duduk beristirahat di rumah atau tempat lain, maupun ketika berbaring beristirahat dari aktivitas. Selain itu, mereka juga senantiasa memikirkan tujuan dan hikmah dari penciptaan alam semesta. Dengan cara inilah mereka akan menemukan manfaat dan mengetahui sifat-sifat dari semua yang ada. Mereka akan dapat mengambil keuntungan dan faedah dari alam di sekelilingnya dan tidak melakukan tindakan yang bersifat merusak. Mereka akan sampai pada keyakinan bahwa segala sesuatu yang diciptakakan Allah tentu mempunyai tujuan dan hikmah. Kajian mendalam tentang fenomena alam dan pencipataannya akan bermuara pada kesimpulan bahwa semua yang ada diciptakan tidak tanpa manfaat. Semua terwujud dengan manfaat dan faedah bagi manusia. Pada akhirnya, manusia yang mengetahui dan menghayati semua ciptaan ini pasti akan terdorong untuk bersyukur kepada Allah dengan penuh ketulusan. Karena itu, tidaklah layak apabila manusia menduga bahwa Allah menciptakan sesuatu yang tidak bermanfaat dan berfaedah bagi makhluk-Nya, suatu dugaan yang seringkali memunculkan dalam diri manusia rasa kurang percaya dan prasangka buruk kepada Allah. |
Referensi |
Tim Penyusun, Manfaat Benda-Benda Langit Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Kemenag RI, 2012), 5-7. |