Kembali

Profil Ayat

Nama Surat : Al-Haqqah
Nomor Ayat : 11
Nomor Surat : 69
Tema :
Air
Jumlah Pengunjung : 16

Detail Ayat

Ayat
﴿ اِنَّا لَمَّا طَغَا الْمَاۤءُ حَمَلْنٰكُمْ فِى الْجَارِيَةِۙ ١١ ﴾
Terjemahan Kemenag 2019

Sesungguhnya ketika air naik (sampai ke gunung), Kami membawa (nenek moyang)-mu ke dalam (bahtera) yang berlayar

Tafsir Sains

Setelah melakukan penelitian intensif, arkeolog Dr. Charles Willis membuktikan pada tahun 1980 M bahwa lokasi yang tepat untuk pendaratan Bahtera Nuh adalah Gunung Cudi (Judy Dagh), yang terletak 250 mil barat daya Gunung Ararat. Gunung Ararat merupakan puncak tertinggi di pegunungan Turki selatan, dengan ketinggian lebih dari tujuh ribu kaki di atas permukaan laut. Di puncak Gunung Cudi, sisa-sisa Bahtera Nuh ditemukan tertanam dalam sedimen air tawar.

 

Begitu pula, dataran Mesopotamia, terutama Sungai Tigris dan Efrat, merupakan tempat lahirnya sejumlah peradaban kuno. Terekam kabar tentang banjir yang ditemukan jejaknya berupa sedimen air tawar dengan ketebalan sangat besar yang menutupi wilayah antara kedua sungai. Sedimen ini telah digali di setidaknya empat lokasi: Ur (UR), Erech, Kish (Tal Al-Ahmad), dan Shuruppak (Tel al-Qa'dah).

 

Usia sedimen ini berkisar antara tiga ribu tahun SM hingga tujuh ribu tahun SM. Situs-situs ini telah dipelajari oleh kelompok sarjana berturut-turut, termasuk R.H. Hall dari British Museum di London, dan Leonard Woolley dalam proyek bersama antara British Museum dan University of Pennsylvania. Mereka mengungkap sisa-sisa peradaban kuno di kedalaman sepuluh kaki endapan air tawar, yang terdiri dari lumpur, tanah liat, dan pasir, yang mencakup luas ribuan kilometer persegi. Hal ini hanya bisa disebabkan oleh banjir besar.

 

Penelitian lebih lanjut dilakukan di sebuah gua di Irak utara yang dikenal sebagai Gua Besar Shanidar, yang berisi sedimen dari seratus ribu tahun yang lalu dan sisa-sisa mesenkim. Semua risalah langit yang diturunkan setelah Nabi Nuh AS membawa berita tentang banjir ini sebagai pelajaran bagi umat manusia. Uraian tentang banjir Nuh dalam Al-Quran tetap menjadi acuan utama dalam memahami peristiwa besar ini.

Allah berfirman, "Kami membawa (nenek moyang)-mu ke dalam (bahtera) yang berlayar."

 

Kata ganti dalam "Kami membawamu" merujuk pada keturunan Nabi Nuh AS dan keturunan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera. Ini berarti seluruh umat manusia yang ada setelah air bah Nuh hingga hari kiamat. Ayat mulia tersebut menunjukkan bahwa asal-usul kemanusiaan kedua berasal dari pinggang Nabi Nuh AS dan para sahabatnya yang diselamatkan oleh Allah SWT dari musibah air bah.

 

Ilmu genetik juga menegaskan bahwa seluruh umat manusia, sejak zaman bapak kita Adam AS hingga hari kiamat, ada dalam diri Nabi Nuh pada saat penciptaannya, sebelum kemudian dibagikan kepada istrinya, Hawa, serta anak cucu mereka yang mewakili umat manusia gelombang pertama.

Proses pembagian kode genetik terjadi saat sel reproduksi terbentuk dan diintegrasikan melalui perkawinan. Dengan melihat kembali proses pembelahan sel reproduksi dari waktu ke waktu, semua kode genetik dalam sel tujuh miliar manusia yang memenuhi bumi saat ini, serta keturunan mereka hingga Hari Kiamat, menyatu dengan kode genetik yang ada di masa lalu.

 

Sel-sel nenek moyang mereka hingga masa Banjir Nabi Nuh AS berinteraksi dengan kode genetik yang ada di pinggang Nabi Nuh dan orang-orang yang selamat bersamanya. Oleh karena itu, ayat berikut ditujukan kepada seluruh gelombang manusia kedua:

"Sesungguhnya ketika air naik (sampai ke gunung), Kami membawa (nenek moyang)-mu ke dalam (bahtera) yang berlayar." [Al-Haqqah: 11].

 

Genetika merupakan salah satu pengetahuan yang baru diperoleh, dan hukum pewarisan belum terkristalisasi hingga awal abad ke-20. Pendaratan Bahtera Nuh juga belum ditentukan hingga akhir abad tersebut. Dua kilatan cahaya yang mempesona dalam ayat kesebelas Surat Al-Haqqah ini merupakan dua fakta ilmiah sahih yang menjadi saksi bahwa Al-Qur'an bukan ciptaan manusia, melainkan firman Tuhan Sang Pencipta, yang Dia turunkan dengan ilmu-Nya kepada para nabi dan rasul-Nya (semoga Tuhan memberkatinya dan memberinya kedamaian).

Referensi

Zaghlūl al-Najjār, Tafsīr al-Āyāt al-Kawniyyah fī al-Qur’ān al-Karīm, Cet. 1 (Kairo: Maktabatu al-Syurūq al-Dauliyyah, 2007), Vol. 4, 185-187.