Kembali

Profil Ayat

Nama Surat : Al-Baqarah
Nomor Ayat : 26
Nomor Surat : 2
Tema :
Hewan Mikroba
Jumlah Pengunjung : 67

Detail Ayat

Ayat
﴿ ۞ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَسْتَحْيٖٓ اَنْ يَّضْرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوْضَةً فَمَا فَوْقَهَا ۗ فَاَمَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۚ وَاَمَّا الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فَيَقُوْلُوْنَ مَاذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِهٰذَا مَثَلًا ۘ يُضِلُّ بِهٖ كَثِيْرًا وَّيَهْدِيْ بِهٖ كَثِيْرًا ۗ وَمَا يُضِلُّ بِهٖٓ اِلَّا الْفٰسِقِيْنَۙ ﴾
Terjemahan Kemenag 2019

Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil daripada itu.9) Adapun orang-orang yang beriman mengetahui bahwa itu kebenaran dari Tuhannya. Akan tetapi, orang-orang kafir berkata, “Apa maksud Allah dengan perumpamaan ini?” Dengan (perumpamaan) itu banyak orang yang disesatkan-Nya.10) Dengan itu pula banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Namun, tidak ada yang Dia sesatkan dengan (perumpamaan) itu, selain orang-orang fasik,11)

9) Makhluk yang kecil yang dikira lemah, seperti nyamuk, semut, lebah, laba-laba, atau lainnya, sebenarnya banyak menyimpan hikmah untuk menjadi pelajaran bagi manusia.

10) Seseorang menjadi sesat karena keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah Swt. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa mereka ingkar dan tidak mau memahami mengapa Allah Swt. menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan. Akibatnya, mereka menjadi sesat.

11) Orang fasik adalah orang yang melanggar ketentuan-ketentuan agama, baik dengan ucapan maupun perbuatan.

Tafsir Sains

Ayat Al-Qur’an ini mencakup makhluk yang lebih besar dari nyamuk, yang lebih kecil dari itu, yang lebih berbahaya dan yang lebih tidak berbahaya.

 

Dari makna ayat ini yang mulia adalah bahwa kekuasaan Allah dalam mencipta terlihat dalam makhluk yang lebih kecil seperti dalam makhluk yang lebih besar, serta makhluk hidup yang sangat kecil dalam hal ukuran mungkin lebih berbahaya daripada makhluk hidup yang sangat besar. Di masa lalu, makhluk kecil seperti nyamuk dianggap berbahaya oleh orang-orang kafir dan musyrik, dan Al-Qur'an telah menyebutkan beberapa serangga seperti nyamuk, lebah, semut, kutu, dan  laba-laba.

 

Pada zaman diturunkannya Al-Qur’an, tidak diketahui adanya makhluk hidup yang lebih kecil dari nyamuk, seperti virus, bakteri, protozoa, dan jamur, serta makhluk mikroskopis lainnya.

 

Dalam ayat ini, Allah telah memberikan perumpamaan dengan nyamuk, sebagai contoh dari makhluk kecil. Hal ini diungkapkan dalam firman Allah: "Sesungguhnya Allah tidak malu membuat perumpamaan apa pun, (meskipun) nyamuk atau yang lebih kecil dari itu" (QS. Al-Baqarah: 26). Ini mencakup makhluk hidup yang lebih kecil dari nyamuk yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang, dan makhluk hidup yang lebih besar darinya yang dapat dilihat, baik yang berbahaya maupun yang tidak berbahaya.

 

Penolakan orang-orang kafir dan musyrik pada zaman dahulu terhadap makhluk kecil ini menunjukkan ketidaktahuan mereka, karena mereka tidak tahu peran makhluk ini dalam menyebarkan banyak penyakit yang menimpa manusia dan hewan, serta peran pentingnya dalam ekosistem. Ayat ini menunjukkan hikmah yang besar dalam penciptaan Allah, bahwa kehidupan manusia dan makhluk lainnya terhubung erat dengan eksistensi makhluk-makhluk kecil ini.

 

Kebenaran-kebenaran ilmiah ini hanya dapat ditemukan oleh manusia pada abad ke-19 dan ke-20. Kebenaran ini dalam Al-Qur'an, yang diwahyukan lebih dari 14 abad yang lalu, menegaskan bahwa itu adalah firman Allah Sang Pencipta.

 

Nyamuk adalah serangga kecil dari ordo Diptera (serangga bersayap dua). Nyamuk termasuk dalam kelompok besar serangga yang dikenal dengan nama keluarga Culicidae. Ada antara dua ribu dan tiga ribu jenis nyamuk yang berbeda, menempati peringkat kedua setelah semut. Panjang nyamuk berkisar antara tiga hingga sembilan milimeter. Meskipun kecil, tubuh nyamuk sangat kompleks dan terdiri dari beberapa bagian - kepala, dada, dan perut. Nyamuk memiliki kaki yang panjang dan ramping, serta sepasang sayap halus di setiap sisi tubuhnya. Nyamuk juga dilengkapi dengan antena sensitif yang membantu dalam mendeteksi lingkungan sekitarnya.

 

Nyamuk memiliki kemampuan luar biasa untuk terbang dengan kecepatan tinggi yang mencapai hingga tiga meter per detik. Selain itu, nyamuk memiliki organ sensor yang sangat canggih dan kompleks, terdiri dari ratusan alat reseptor yang berfungsi untuk mendeteksi perubahan cahaya, panas, dan bau. Mata nyamuk juga sangat canggih dan memberikan penglihatan yang luar biasa baik dalam kondisi siang maupun malam hari. Nyamuk juga memiliki sistem tubuh yang lengkap dengan semua organ yang diperlukan untuk fungsi vitalnya, meskipun tubuhnya sangat kecil. Nyamuk betina memakan darah makhluk berdarah panas, dan ini memberikan kemampuan bertahan hidup yang sangat tinggi, meskipun ukurannya kecil.

Dari sini pula, Allah menantang semua orang-orang kafir, munafik, dan musyrik dari masyarakat Jazirah Arab, dan umat lainnya, sampai hari kiamat dengan serangga kecil ini. Meski kita hidup di era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, umat manusia tetap tidak berdaya menghadapi bahaya yang dibawa oleh serangga kecil ini, terlepas dari semua tingkat kemajuan yang telah dicapai manusia pada zaman ini.

 

Ayat ini menyatakan bahwa hanya nyamuk betina yang menjadi pembawa penyakit. Pemilihan kata "ba‘ūdzoh" dan feminisasinya dalam teks Al-Qur'an ini menunjukkan perbedaan antara betina dan jantan pada serangga berbahaya ini. Fakta ini tidak diketahui manusia sampai akhir abad kesembilan belas dan awal abad kedua puluh (1897 – 1900 M).

Demikian pula, penggunaan bentuk nakiroh, dan penggunaan kata benda relatif (ma) dalam bentuk negatif dua kali, menunjukkan banyaknya jenis nyamuk. Yaitu memasukkan segala sesuatu yang ukurannya lebih kecil dan apa yang dimaksud dengan nyamuk lebih besar darinya, dan segala sesuatu yang lebih kecil darinya atau lebih berbahaya darinya dibandingkan makhluk Allah yang lain.

 

Fakta-fakta ini tidak sampai ke pengetahuan manusia kecuali melalui perjuangan yang memerlukan upaya ribuan ilmuwan sejak akhir abad kesembilan belas dan awal abad kedua puluh dan masih berlanjut hingga saat ini. Mengambil upaya ribuan ilmuwan sampai Allah menghendaki, dan memasukkannya ke dalam rumusan ilmiah yang komprehensif dan tepat dalam Al-Qur’an yang diwahyukan seribu empat ratus tahun yang lalu kepada seorang Nabi SAW yang buta huruf dan di negara yang mayoritasnya buta huruf. Hal ini membuktikan bahwa Al-Qur'an tidaklah ciptaan manusia, melainkan firman Allah Sang Pencipta.

Referensi

Zaghlūl al-Najjār, Tafsīr al-Āyāt al-Kawniyyah fī al-Qur’ān al-Karīm, Cet. 1 (Kairo: Maktabatu al-Syurūq al-Dauliyyah, 2007), Vol. 1, 80-85.