Profil Ayat
Nama Surat : Aż-Żāriyāt |
Nomor Ayat : 22 |
Nomor Surat : 51 |
Tema : |
Air Bintang Bulan Bumi Hujan Matahari Udara |
Jumlah Pengunjung : 43 |
Detail Ayat
Ayat |
﴿ وَفِى السَّمَاۤءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوْعَدُوْنَ ٢٢ ﴾ |
Terjemahan Kemenag 2019 |
Di langit terdapat pula (hujan yang menjadi sebab) rezekimu dan apa yang dijanjikan kepadamu. |
Tafsir Sains |
Rezeki langit dapat dipahami sebagai hujan yang mengairi tanaman kita. Ini juga mencakup gas oksigen yang kita hirup, serta karbon dioksida yang dihirup oleh tanaman, dan gas bermanfaat lainnya. Dalam konteks ini, konsep langit terbatas pada bagian bawah selubung gas bumi yang dikenal sebagai "troposfer."
Troposfer terbentang dari permukaan laut hingga ketinggian 16 kilometer di atas garis khatulistiwa, dengan ketebalannya berkurang hingga sekitar sepuluh kilometer di atas kutub bumi dan kurang dari 7-8 kilometer di atas garis lintang tengah. Ketika udara bergerak dari atas ekuator menuju kutub, ia akan turun di atas kurva pusat ini. Kecepatannya meningkat, dan udara bergerak ke arah timur dengan kecepatan tinggi yang dikenal sebagai "Jetstream," yang dihasilkan oleh efek rotasi bumi pada porosnya, dari barat ke timur.
Sebanyak 380.000 kilometer kubik air bumi menguap setiap tahunnya. Sebagian besar (320.000 kilometer kubik) dihasilkan dari penguapan permukaan laut dan samudera, sementara sisanya (60.000 kilometer kubik) berasal dari permukaan daratan. Uap ini didorong oleh angin ke lapisan bawah atmosfer gas bumi, di mana ia mengembun menjadi awan dan kembali ke bumi sebagai hujan, salju, atau embun.
Air hujan mengalir di bumi dalam berbagai aliran, hingga akhirnya mengalir ke lautan dan samudera. Sebagian air juga menyaring melalui lapisan bumi yang permeabel, membentuk air bawah permukaan dengan pergerakan yang konstan. Air ini memberi makan beberapa sungai, danau, dan rawa, dan mungkin muncul di permukaan bumi dalam bentuk mata air, atau berakhir di laut dan samudera.
Diperkirakan, air hujan yang turun di laut dan samudera mencapai sekitar 284.000 kilometer kubik per tahun, sedangkan di darat sekitar 96.000 kilometer kubik per tahun. Angka terakhir ini adalah 36.000 kilometer kubik lebih tinggi daripada laju penguapan dari daratan, yang menunjukkan perbedaan antara laju penguapan dari permukaan laut dan samudera serta laju curah hujan di atasnya.
Siklus air di sekitar bumi terjadi dengan keajaiban, kesempurnaan, dan akurasi yang luar biasa. Tanpa siklus ini, seluruh air di bumi akan rusak atau hilang, menjadikan planet kita tandus, tidak bernyawa, hangus oleh panasnya matahari di siang hari, dan membeku oleh dinginnya malam setiap kali matahari terbenam.
Air memiliki kurva massa jenis yang unik, yang tidak dimiliki oleh cairan lainnya. Ketika suhu air mencapai empat derajat Celsius, ia mencapai volume terendah dan kepadatan tertinggi. Namun, jika suhu turun di bawah angka tersebut, volume air akan memuai dan kepadatannya berkurang. Hal ini menjelaskan mengapa es dapat mengapung di permukaan air. Di laut dan samudera, air di bawah permukaan tidak membeku, sehingga memberikan kesempatan bagi banyak makhluk laut yang hidup di kedalaman untuk bertahan hidup. Air, sebagai cairan yang menakjubkan ini, merupakan salah satu bentuk rezeki surga yang terbesar; karena tanpanya, kehidupan di dunia tidak mungkin terjadi.
Selain itu, udara juga memiliki peran penting, termasuk komponen seperti oksigen, karbon dioksida, uap air, dan gas-gas penting lainnya, serta aerosol debu. Semua ini diperlukan agar kehidupan di bumi dapat terwujud dan berjalan dengan baik.
Rezeki langit dapat dipahami sebagai segala bentuk materi dan energi yang dihasilkan di dalam bintang-bintang, termasuk matahari kita, yang mencapai bumi dalam berbagai bentuk. Secara ilmiah, terbukti bahwa bintang-bintang terbentuk dari asap kosmik yang muncul dari ledakan tubuh utama alam semesta, menegaskan kesatuan struktur di alam semesta.
Proses pembentukan bintang ini masih dapat diamati oleh para astronom saat ini, di mana asap nebula di dalam awan kosmik mengalami tahapan sebagai bintang primer, yang dikenal sebagai “prostar.” Proses ini terjadi melalui sejumlah pusaran dahsyat yang disebut “pusaran konsentrasi materi,” yang mengumpulkan dan memadatkan materi hingga kondisi yang diperlukan terpenuhi untuk memulai proses fusi nuklir. Proses fusi ini menyebabkan pelepasan energi dan emisi cahaya, yang mengubah bintang utama menjadi bintang biasa, seperti matahari kita, yang dikenal sebagai bintang deret utama.
Total keluaran energi matahari diperkirakan sekitar 3,86 x 1033 kalori per detik. Energi yang sampai ke bumi dari matahari dianggap jauh lebih besar dibandingkan dengan energi yang diterima bumi dari cahaya paling terang, yakni 10 milyar lebih besar dari energi yang diterima bumi dari bulan purnama.
Dengan kata lain, bintang-bintang mengeluarkan energi puluhan milyar kali lebih besar dibandingkan dengan energi yang diterima bumi dari bulan. Energi matahari adalah rezeki langit. Tanpanya, kehidupan di bumi tidak mungkin terjadi! |
Referensi |
Zaghlūl al-Najjār, Tafsīr al-Āyāt al-Kawniyyah fī al-Qur’ān al-Karīm, Cet. 1 (Kairo: Maktabatu al-Syurūq al-Dauliyyah, 2007), Vol. 3, 403-409. |